Rabu, 18 Februari 2009

PERDEBATAN DI SEPUTAR KEBANGKITAN YESUS

Perdebatan-perdebatan di sekitar kebangkitan Yesus :
  • Holtzmann (1911) pada abad ke 20 sebagai latar belakang teologi modern yang merupakan sebuah bentuk pendekatan liberal, menganggap bahwa kebangkitan bukanlah suatu peristiwa yang histories, melainkan sebuah halusinasi dalam pikiran Petrus yang juga menjadi penyebab munculnya halusinasi yang sama dalam pikiran para murid yang lainnya, sehingga kebangkita hanya terjadi dalam pikiran orang-orang yang mempercayai.
  • Pada akhir abad 20 terjadi terjadi perubahan pada pendekatan di atas oleh Weis dan Wrede. Weis berpendapat bahwa kesadaran Yesus sebagai Mesias dipengaruhi oleh Apokaliptik Yahudi sehingga pandangan liberal mengenai Yesus dalam sejarah menjadi tidak relevan lagi untuk orang-orang modern. Sedangkan Wrede menciptakan sebuah teori yang mengatakan bahwa sesudah kematian Yesus, murid-muridnya memikirkan dia sebagai penebus yang akan muncul kembali sehingga mengharuskan timbulnya keparcayaan akan kebangkitan, dan kepercayaan itulah yang membawa pandangan bahwa Yesus adalah Mesias. Bagi Wrede dan Weis kebangkitan bukanlah peristiwa yang betul-betul terjadi tetapi merupakan hasil imajinasi jemaat. Demikian juga dengan Injil Matius, menurutnya Injil tersebut adalah suatu usaha untuk menjelaskan kehidupan Yesus dari sudut pandang akan kebangkitan, karena itu apa yang disebut sebagai bukti dari kebangkitan secara otomatis dianggap sebagai catatan yang tidak bernilai seharah. Pandangan ini juga ternyata dikemudian hari memberi kesan kepada Bultman.
  • Pandangan lain yang muncul pada masa itu juga, yang mengemukakan pandangan yang lain. Kahler (1896) berpendapat bahwa berita PB harus dimengerti dengan memberi tempat yang paling penting kepada Kristus yang bangkit, pandangan ini bertentangan dengan yang melihat kristus dari sisi kemanusiaannya saja. Bagi Scheweitzer kesimpulan bahwa Yesus telah diperdaya, yaitu bahwa peristiwa kebangkitan hanya dapat dijelaskan bila Yesus telah bangkit dalam manusia.
  • Bart (1933) menganggap kebangkitan sebagai contoh yang paling nyata mengenai campur tangan Ilahi dalam sejarah manusia. Bart melihat permasalahan ini dari sudut penyataan Allah. Pandangan lain yang bertentangan dengan itu adalah Bultman yang sama sekali menolak kebangkitan Kristus yang benar-benar terjad, karena hal tersebut tidak dapat didemonstarsikan dengan menggunakan metode-metode sejarah yang ilmiah. Atau dengan kata lain Bultman membatasi dirinya pada kemanusiaan.
  • Fuchs (1956) seorang murid Bultman tentang kemungkinan untuk percaya akan kebangkitan Yesus hanya apabila seseorang berani mencontoh Yesus dan menerima karunia Allah sebagai kehendak Allah yang benar dan tekun dalam dalam hal ini bahkan sampai mati. Pandangan ini memusatkan pada kepercayaan akan kebangkitan tetapi bukan pada kebangkitan itu sendiri.
  • Bornkam (1960) menentang pandangan Bultman. Ia mengakui bahwa Allah sendiri telah campur tangan dna merebut Yesus orang Nasaret dari kuasa kematian, sehingga ia tidak ragu-ragu mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi dalam sejarah.
  • Marxsen (1986) dengan pemikiran yang agak berbeda, yaitu dengan bertitik tolak dari pemberitaan kerygma yang merupakan dasar bagi orang-orang percaya. Ia juga menganggap bahwa bahwa kebangkitan bukan peristiwa yang sungguh terjadi tetapi sebagai suatu tanda bahwa kebangkitan Yesus memiliki arti sebagfai penyokong.
Beberapa teks Alkitab yang menunjukkan Yesus sebagai anak Allah :
  1. Dalam surat rasul Paulus, I kor, 15:3 perikop ini dianggap sebagai fakta-fakta Injil yang mendasar dan mengakui bahwa daftar penampakan diri Yesus membuktikan fakta kebangkitannya.
  2. Roma 1:4
  3. Ibrani 1:3 menunjukkan anak Allah yang sekarang ditinggikan pada kedudukannya disebelah kanan yang mahabesar ditempat yang maha tinggi.
  4. Lukas 24:39-43,
  5. Yohanes 20:27
  6. I Tesalonika 1 : 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar