Rabu, 18 Februari 2009

SEKOLAH HARUS GRATIS



SEKOLAH HARUS GRATIS
Kritik Terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia

Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang identik dengan “uang”. Slogan slogan yang mengatakan bahwa “ilmu itu mahal”, “mutu pendidikan sangat tergantung dari besarnya biaya yang dikeluarkan”, sudah lazim di kalangan masyarakat kita. Bahkan masyarakat kita sudah menganggap hal yang lumrah jika ada seorang anak miskin yang tidak dapat mengecap pendidikan. Kenyataan ini semestinya menggelisahkan kita, apakah yang terlintas dibenak anda ketika anda mendengar seorang anak SD membacakan Pembukaan UUD 1945 pada suatu kegiatan upacara bendera di sekolahnya. Dasar konstitusi kita tersebut mengatakan bahwa salah satu tujuan Negara ini adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”, tetapi pada kenyataannya pendidikan hanya menjadi milik kalangan yang mempunyai modal. Timbul pertanyaan di benak kita, “apakah pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang membebaskan? Ataukah pendidikan di Indonesia semakin mengungkung cakrawala pemikiran dan membuat miskin masyarakat kecil? Kita tentunya tidak akan terlalu cepat memberi penilaian terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Saya akan mencoba menyajikan beberapa fakta agar kita bisa memberi penilaian terhadap system pendidikan di Indonesia.

System Kapitalisme Pendidikan

Kata kapitalisme tentunya tidak asing bagi kita. Akan tetapi jika kata kapitalisme dirangkaikan dengan kata pendidikan tentunya muncul pertanyaan dalam benak kita : “apakah benar system pendidikan kita menganut paham Kapitalisme?” Bukankah Negara kita berdasar pada paham Demokrasi Pancasila?

Sejak Komunisme runtuh, maka ide-ide tentang sosialisme menjadi kadaluarsa dan cendrung dilarang. Demokrasi Liberal menjadi kekuatan di mana dunia harus sujud di bawah pengawasan Amerika Serikat sebagai penegak system Kapitalisme Modern. System perekonomian diatur oleh WTO (Worl Trade Organization). Organisasi Perdagangan Internasional ini memaksa dunia dan pasar-pasar di setiap Negara untuk tunduk kepada dogma kapitalisme.

Ekonomi liberal ini memaksa semua Negara untuk berpacu dalam membuka pasar dan menarik semua subsidi yang berfungsi sebagai proteksi bagi masyarakat. Kita dipaksa untuk terus-menerus berada dalam kompetisi, hal ini tentulah bukan masalah bagi Negara-negara maju yang memiliki modal raksasa, akan tetapi di lain pihak Negara-negara yang baru berkembang harus mengorbankan banyak pihak dan kompetisi-kompetisi tersebut berubah menjadi persaingan-persaingan yang tidak sehat. System ini juga memaksa kita untuk melakukan privatisasi terhadap sector-sektor publik. Pemerintah tidak lagi berwenang tetapi sector swasta menjadi pemain penting. Untuk mendukung hal ini disebarkan isu ketidakmampuan Negara dalam mengelola sector publik sehingga sebaiknya diserahkan kepada sector swasta untuk mengelolanya. Padahal belum tentu ada jaminan yang jelas tentang tidak akan terjadinya korupsi jika sektor publik tersebut diberikan kepada swasta.

Hal ini kemudian berimbas kepada sector pendidikan, di mana pendidikan dituntut untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sedang berkompetisi dalam ekonomi liberal. Rezim Neo-Liberalisme telah menempatkan pengetahuan sebagai modal yang memiliki kekuatan uang. Ilmu pengetahuan diukur dari nilai jualnya dan sejauh mana ia berperan dalam kompetisi pasar.

Privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah menyebabkan pendidikan bukan lagi milik publik dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan public, melainkan milik sebagian orang atau lapisan kelas sosial tertentu (para pemilik modal). Kegagalan atau keberhasilan sistem pendidikan dinilai berda sarkan nilai ekonomi, da- lam artian seberapa besar lulusan suatu sekolah berhasil terserap dalam lapangan pekerjaan. Evaluasi bukan lagi menyang kut metodologi yang digunakan atau kualitas pengajar, melainkan sejauh mana sebuah pelajaran atau mata kuliah dapat memberi konstribusi nyata bagi ekonomi pasar. Dengan demikian jelaslah bahwa untuk mengecap pendidikan, ada prasyarat mutlak yang sudah menjadi rahasia publik, yaitu peserta didik harus punya modal besar untuk membiayai ongkos pendidikan yang tidaklah murah karena sistem privatisasi tadi. Semakin lengkaplah kutukan bagi si miskin dan semakin nyatalah bahwa pendidikan di Indonesia adalah pendidikan kapitalisme yang memiskinkan rakyat kecil.

Ingin kaya, tetapi tidak punya pekerjaan. Ingin kerja, tapi tidak sekolah. Ingin sekolah, tapi tidak bisa karena tidak punya uang. Inilah yang saya katakan kutukan bagi si miskin.

Sekolah Membuat Siswa Anarkis

Secara sepintas tentunya kita akan menyangkal bahwa tidak mungkin sekolah membuat siswa menjadi anarkis. Akan tetapi jika anda membaca Gatra edisi 25 oktober 2003 dalam judul “Hukuman Ngawur Bu Guru”, anda akan terkejut mendapatkan betapa konyolnya hukuman-hukuman yang diberlakukan di sekolah. Bayangkan saja jika seorang anak kelas IV SD harus terkencing-kencing dan muntah karena dipukul oleh teman-temannya yang jumlahnya 29 orang dengan mistar papan tulis.
Hukuman ini diperintahkan oleh gurunya karena anak tersebut tidak bisa menghafalkan perkalian tujuh. Tentu saja kita tidak boleh menggeneralisasi bahwa semua guru melakukan hal tersebut. Tentu saja masih banyak pahlawan tanpa tanda jasa yang mengabdi tanpa pamrih seperti lagu Iwan Fals “Bapak Umar Bakri”.

Akan tetapi kalau anda membaca/ menyaksikan kisah tentang Penganiayaan di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). Mungkin tanggapan kita adalah; bagaimana mungkin para mahasiswa yang akan menjadi panutan dalam masyarakat bertingkah seanarkis itu? Dan sedihnya lagi kejadian itu bukanlah yang pertama dan terakhir.

Jika kita belum sampai pada kesepakatan bahwa sekolah dapat membuat siswa menjadi anarkis, anda dapat melihat peristiwa-peristiwa perpeloncoan yang terjadi setiap tahun ajaran baru. Mahasiswa senior merasa berhak dan pantas untuk memberi pembinaan kepada adik-adik baru mereka. Pemukulan dan penyiksaan fisik serta mental tersebutlah yang mereka namakan sebagai pembinaan.

Jika kita bertanya siapa yang menjadi penanggung jawab dari masalah ini maka kita tentu bingung mau menuding siapa? Dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah, siswa bagaikan batang korek api di tangan guru dan yayasan. Yayasan sendiri bergantung kepada kepada penguasa-penguasa yang di atasnya, antara lain para pengusaha (industrialisasi), sampai kepada kaum militer yang mengatur jenis pelajaran dan sampai berapa lama siswa harus menempuh pendidikan. Sistem ini yang kemudian lebih dikenal dengan istilah kurikulum.

Erich Fromm mengatakan bahwa sekolah cendrung mematikan perasaan tak senang siswa. Siswa tidak boleh memilih dan menolak mata pelajaran yang disenangi atau tidak disukainya. Jika siswa mencoba melanggar ketentuan ini maka sudah jelas hukuman apa yang menantinya. Emosi dalam kebanyakan sistem sekolah selalu dipisahkan dengan sisi intelektual seseorang. Sehingga usaha untuk berfikir menjadi sebuah kegiatan yang tidak layak untuk dilakukan. Para siswa malahan harus menghafal serangkaian data-data yang tidak ada kaitannya dengan kebutuhan siswa, bahkan data-data tersebut cendrung tidak otentik lagi.

Dampaknya bagi pelajar adalah, para siswa akan memandang kebenaran sebagai sesuatu yang relatif, tergantung siapa yang menafsirkannya, dan barangsiapa yang mengusut kebenaran tersebut segera akan dikenai sanksi. Sadar atau tidak hal ini membuat para siswa menjadi tidak kritis dan hanya menjadi “burung Beo”. Para siswa juga kemudian dibungkus dengan kurikulum-kurikulum yang tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat, sehingga siswa menjadi “Raja dari Ilmu Pengetahuan”, akan tetapi buta terhadap realitas masyarakat yang ada. Siswa dibiasakan menatap penderitaan, kemiskinan, ketidakadilan, kekerasan, tanpa adanya rasa “mengamuk” dalam batinnya.

Siswa kemudian dibiasakan dengan klasifikasi-klasifikasi dalam lingkungan sekolah, misalnya siswa bodoh dan siswa pintar, sekolah bermutu dan sekolah tidak bermutu. Klasifikasi-klasifikasi ini secara tidak sadar akan membangun gagasan dalam dirinya untuk memperlakukan kelompok yang berbeda dengan dirinya secara berbeda.

Disekolah-sekolah tertentu, para siswanya dijadikan mesin tak berperasaan, salah satu contohnya adalah kasus STPDN, para praja tingkat 3 dengan brutal memukuli dan menganiaya adik-adiknya sampai tewas. Lebih buruknya lagi ketika pelaku ini diinterogasi mereka hanya mengatakan “siap, kami salah!”. Ungkapan dingin seperti yang sering kita dengar dari mulut para tentara yang memang dilatih secara khusus untuk menjadi mesin pembunuh dan tanpa hati nurani.

Siswa juga cendrung merasa tertekan selama berada pada jenjang sekolah, hal tersebut nampak dari ekspresi mereka dalam menghadapi pengumuman kelulusan. Mereka lebih nampak seorang tahanan yang baru saja dibebaskan dari hukuman mati ketimbang menggambarkan sikap seorang siswa yang merasa bahagia akan keberhasilannya. Aksi corat-coret, kebut-kebutan dan bahkan sekarang berkembang menjadi pesta narkoba, miras dan beberapa diantaranya melakukan seks bebas sebagai ekspresi. Sistem Pendidikan Membuat Sekolah Menjadi Fabrik Pencetak Pengangguran Pendidikan berasal dari bahasa Latin educare, yang berarti “membawa keluar”. Sekolah semestinya dijalankan dengan fungsi ini.

Para siswa harus dibawa keluar untuk bersentuhan langsung dengan realitas dalam masyarakat. Sayangnya siswa lebih banyak diberi jawaban-jawaban yang definitive, ketimbang memberi rangsangan kepada siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggairahkan, sehingga intelektualitas siswa dapat berkembang. Rangkaian mata pelajaran yang disusun dalam kurikulum membuat siswa terus-menerus berkutat dengan materi-materi pembelajaran, tanpa punya waktu untuk mempedulikan fakta-fakta social di sekitarnya. Pendidikan yang menjauhkan siswa dari realitas social ini telah membungkam rasa kepedulian dan daya kritis peserta didik. Siswa menjadi tidak kreatif dan tidak mampu menghasilkan karya-karya yang orisinil. Dampak yang paling buruk adalah para siswa tersebut tidak dapat langsung terjun ke dunia kerja begitu menyelesaikan jenjang pendidikannya. Mereka tiak mampu mandiri karena kreativitas mereka telah lama mati di bangku sekolah. Salah satu solusi yang ditawarkan kemudian adalah dengan membuat sekolah-sekolah kejuruan.

Ini dolusi yang cukup baik, karena para siswa betul-betul dilatih untuk terjun dalam dunia kerja, dan juga sekolah kejuruan seperti ini dapat menyingkatkan lamanya waktu sekolah sehingga biaya lebih kecil. Sayangnya hal ini kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah, atau mungkin juga pemerintah sengaja tutup mata, sehingga pihak swasta segera mengambil alih pengelolahan terhadap sekolah-sekolah kejuruan. Banyak industri-industri besar yang menjadi sponsor dari sebuah sekolah kejuruan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan pasokan tenaga kerja yang murah, namun terampil bagi industri tersebut. Sayangnya para siswa tersebut tidak sadar akan hal ini, dan sekalipun mereka sadar akan eksploitasi ini, mereka tokh tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka sangat membutuhkan pekerjaan tersebut. Sekolah asik-asik saja, karena dengan mengajak industri tertentu untuk menjadi sponsor sekolahnya ia mendapat dana segar dan sekaligus popularitas, sehingga semakin banyak yang berminat untuk masuk kedalam sekolah tersebut. Sungguh malang nasib para alumnus pendidikan di Indonesia, kalau bukan menjadi pengangguran mereka akan dieksploitasi oleh kaum-kaum kapitalis.

Sekolah dan Pendidikan Harus Gratis

Saya kira cukuplah fakta-fakta ini bagi kita untuk menuding pendidikan kita di Indonesia sebagai pendidikan yang semakin mengungkung cakrawala pemikiran dan membuat miskin masyarakat kecil.

“Sebenarnya dimanapun negara yang pendidikannya maju, tidak ada pendidikan yang murah. Pendidikan itu mahal”. Kata-kata tersebut dilontarkan oleh seorang pejabat Diknas. Bukankah tugas pendidikan semestinya mencerdaskan dan mendewasakan anak didik? Dan bukankah tugas pejabat pendidikan untuk membuat pendidikan menjadi murah dan bisa menampung semua warga? Saya kira semua akan setuju bahwa negara ini akan mencapai kemerdekaan dalam arti yang seluas-luasnya jika semua rakyatnya mendapat akses dan kesempatan yang sama, terutama untuk menikmati pendidikan yang membebaskan.

Lalu sekarang apa yang kita akan lakukan? Apakah kita hanya akan menjadi penonton dan tukang kritik dari semua masalah ini? Saya kira tidak, cobalah kita belajar dari tokoh-tokoh pemuda yang telah mengecap pendidikan pada zamannya. Douwes Dekker, Haji Ahmad Dahlan, Suwardi Suryaningrat, R.A. Kartini, dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka tidak hanya menjadi orang-orang yang pandai, tetapi mereka juga punya rasa kepekaan yang luar biasa dalam melihat kebodohan dan eksploitasi oeh penjajah terhadap anak bangsa ini. Mereka membangun sekolah-sekolah rakyat, dan membebaskan siswanya dari kebodohan yang menindas.

Pemerintah kita mestinya malu terhadap Cina. Negara yang cendrung kita olok-olok ini karena sistem komunis yang diterapkannya, ternyata salah satu kebijakan negara komunis ini adalah membiayai 5.000 – 10.000 para mahasiswanya untuk belajar ke negara-negara Eropa setiap tahun.

Kebijakan ini juga ditempuh oleh negara tetangga kita Malaysia. Pada tahun 60an, Malaysia mengirim ribuan calon-calon gurunya ke Indonesia untuk belajar, sekarang kita malah tidak mampu berkutik melawan Malaysia dalam segala hal termasuk dalam hal pendidikan. Yang lebih radikal lagi dan semestinya cambuk bagi pemerintah kita adalah kebijakan yang diambil oleh Negara Kuba. Negara yang diembargo ekonominya oleh Amerika ternyata mampu mengratiskan sekolah bagi rakyatnya. Hal ini terjadi karena para pemimpinnya sadar akan pentingnya fungsi pendidikan sebagai pembebas, dan juga karena para pemimpinnya tidak hanya mengumbar janji-janji Palsu mereka ketika kampanye.

Lalu apa solusi yang ditawarkan?
  1. Alokasi APBN sebesar 20% yang sebenarnya sangat kecil ini, harus dialokasikan dengan benar, jangan dikorupsi lagi. Bukankah sudah banyak tayangan-tayangan dari TV yang memperlihatkan banyaknya bangunan-bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai.
  2. melakukan pemotongan gaji untuk pejabat-pejabat tinggi dan dana tersebut dialokasikan untuk pendidikan. Banyak pejabat-pejabat kita memiliki pundi-pundi pribadi melalui bisnis pribadi mereka, belum lagi tunjangan-tunjangan yang mereka terima. Salah satu contohnya adalah tunjangan rumah dinas bagi anggota dewan yang bernilai puluhan juta per bulan per orang. Apa mereka semua belum punya rumah? Sehingga harus mendapat uang dari negara yang dipungut dari pajak rakyat untuk membeli rumah, padahal rakyat kita bodoh-bodoh dan miskin. Ini bukti ketidakpekaan para pejabat negara kita, yang terus-menerus minta difasilitasi, padahal rakyatnya bodoh-bodoh dan miskin.
  3. Perusahaan-perusahaan besar harus dikenakan pajak khusus dan dana tersebut dialokasikan untuk biaya pendidikan.
  4. Para Investor-investor asing yang masuk ke Indonesia harus terlibat dalam pembinaan dan pembangunan sekolah-sekolah.
  5. Mengusut kasus-kasus korupsi dalam sektor pendidikan khususnya dan memberi ganjaran yang seberat-beratnya.
  6. Harus ada standar baru tentang kualitas pendidikan kita, dari segi kemampuan dan kreativitas siswa.
  7. Mengajak semua element masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap sistem pendidikan kita. Semua ini tentunya hanya berupa saran saja, langkah yang lebih penting ada di tangan pemerintah kita sebagai pengambil dan pelaksana kebijakan.
Refleksi Teologis

Sebagai umat Kristen kita semestinya harus menjadi seperti Yesus. Bukankah Yesus telah memberikan teladan yang sangat jelas kepada kita tentang suatu model pendidikan yang membebaskan. Yesus mendidik para muridnya dengan langsung membuat mereka bersentuhan dengan realitas masyarakat. Para murid tidak dijauhkan dari realitas sosial yang ada, melainkan para murid dibuat bersentuhan langsung dengan mengutus mereka ke tengah-tengah masyarakat. Yesus juga tidak menekan kesadaran para murid. Bahkan cendrung Yesus mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para murid untuk terjun langsung dalam pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh Yesus untuk memberitakan Kerajaan Allah dan membebaskan umat manusia dari kuasa dosa.

Dengan demikian, tugas kita adalah melanjutkan apa yang Yesus telah lakukan sebelumnya. Saya sangat menyesalkan sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan Kristen yang kemudian menarik pungutan-pungutan dari siswanya yang ternyata sangat memberatkan siswa tersebut. Lebih parahnya lagi iuran-iuran ini ternyata tidak punya relevansi dengan mutu pendidikannya. Misalnya di salah satu sekolah Kristen, para siswanya diharuskan untuk membeli buku tulis khusus yang telah diberi lambang sekolah tersebut, katanya untuk menjaga identitas sekolah. Apakah tanpa buku tulis yang harganya cukup mahal tersebut, para siswa tidak dapat menulis? Belum lagi sikap gereja yang acuh tak acuh dengan hal ini. Angaran gereja lebih dialokasikan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat ritus keagamaan dan nomor dua setelah itu adalah anggaran rapat gereja. Semestinya gereja lebih terlibat secara aktif dalam program-program nyata untuk mencerdaskan masyarakat Indonesia, misalnya dengan beasiswa-beasiswa. Jika saja sepertiga dari anggaran perayaan Natal dialokasikan untuk beasiswa pendidikan anak-anak jemaat maka anggaran tersebut dapat digunakan untuk biaya sekolah atau kuliah bagi anak jemaat yang kurang mampu.

SEPINTAS SEJARAH ISRAEL DI ZAMAN PENJAJAHAN ROMA


A. Roma dan Timur Tengah

1. Roma Dan Israel
Di bawah pemerintahan Kaisar Pompey, Roma mencapai puncak kejayaannya, pada tahun 63 s.M Roma telah menguasai 13 propinsi yang terbentang dari Spanyol sampai Sisilia. Kaitan antara Roma dan Israel adalah campur tangan Pompey sendiri dalam menyelesaikan perseturuan antara dua kaka beradik yang saling memperbutkan jabatan imam agung. Pompey sendiri berpihak pada Hirkanus sang kakak, dan mengutuk Aristobulus si adik. Pompey dapat turut campur dalam hal ini karena sebenarnya kerajaan Yahudi berada di bawah pengaruh kekuatan Roma. Aristobulus melakukan pemberontakan melawan keputusanPompe, namun ia berhasil ditaklukkan oleh Pompey dan mengangkat Hirkanus sebagai imam agung, tapi bukan sebagai Raja.

Pompey juga dikenal sebagai orang yang menghargai agama lain, hal ini terbukti ketika ia mengepung Aristobulus di Bait Suci, Pompey tidak melakukan penjarahan setelah mengalahkan Aristobulus dan memasuki Bait Suci. Kebijakan ini karena dua factor. Kekuatan Partia di tepi sungai Efrat yang semakin kuat, sehingga pompey harus membangun sekutu, selain itu keengganan Romawi untuk menambah daerah jajahan yang tidak terlalu penting menurut mereka.

2. Herodes Yang Agung
Dukungan yang diberikan Pompey kepada Arkanus disebabkan oleh nasihat dari Antipater, ayah Herodes. Antipater adalah gubernur di Idumea. Ia adalah seorang yang sangat pandai, terutama dalam hal politis. Ia melihat kemungkinan akan kesuksesan selama ia mengadakan hubungan kerjasama yang baik dengan Romawi. Oleh karena itu ia membangun kebijakan pemerintahan yang pro Roma. Tentu saja ini didasari pengaruh Roma yang sangat besar pada masa itu.

Pada tahun 49 s.M pecah perang antara Pompey dan Yulius Caisar, perang ini mengakibatkan kematian Pompey. Dukungan Antipater kepada Pompey mambuat ia berada dalam masalah, untung saja pada saat itu perhatian Yulius Caesar teralih pada perang di Alexandria. Moment inilah yang dijadikan Antipater mambangun relasi dengan Yulius Caesar. Metode yang digunakannya adalah dengan mengirimkan pasukan membantu Yulius Caesar di Alexandrea. Karena itu, maka Antipater diangkat menjadi pro-Kurator Roma di Yudea. Ini menunjukkan bahwa ia menjadi wakil pemerintah Romawi yang berkuasa penuh di Yudea. Sehingga Arkanus (imam agung), hanya menjadi semacam boneka di tangan Antipater.

Antipater memiliki dua orang putra, ia mengangkat Fasael menjadi kepala pemerintahan kota Yerusalem dan Herodes sebagai gubernur Galilea. Herodes mampu menghalau pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Galilea dan Syria. Pada tahun 44 s.M Yulius xaesar diunuh oleh sebuah pemberontakan, Markus Antony muncul untuk melakukan penumpasan para pemberontak itu. Hal ini cukup membantu keluarga Antipater sebab Herodes bersahabat cukup baik dengan Markus Antoni.

Pada tahun 40 s.M di Yudea muncul pemberontakan yang mengakibatkan Herodes harus lari meninggalkan kota tersebut, sedangkan kakaknya mati bunuh diri. Namun pada tahun 37 s.M Herodes berhasil masuk kembali ke dalam Yerusalem dengan pengawalan yang ketat dan kuat dari pasukan Roma. Tahun 31 s.M Markus Antoni kalah dalam pertikaian melawan Oktavianus. Sekali lagi kadaan keluarga Herodes terancam, namun ternyata Herodes sangat lihai berdiplomasi. Ia malahan berkenalan dengan mentri utama Oktavianus, Agripa. Persahabatan membawa dampak yang sangat menguntungkan bagi Herodes. Terbukti ketika Agustus (nama baru Oktavianus), melakukan kunjungan ke Syria, ia menerima banyak laporan dan keluhan mengenai Herodes, namun semua keluhan itu tidak diindahkannya, sehingga para pelapor tersebut melakukan aksi bunuh diri. Agustus malah semakin memperluas daerah kekuasaan Herodes dan mengangkat saudara Herodes menjadi pemerintah di sebelah timur sungai Yordan.

Sekalipun Herodes telah memperoleh kedudukan yang sangat tinggi, namun ia tidak pernah memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang Yahudi. Ia adalah orang Idumea (pendatang), hal ini membuat ia tidak bisa menjadi raja dan imam besar sekaligus seperti sebelum-sebelumnya. Akan tetapi bagaimanapun juga kita tidak dapat menyangkali keberhasilan Herodes yang gilang gemilang dalam bidang material. Ia bahkan sangat memberikan perhatian yang besar kepada orang Yahudi perantaun dan bahkan berhasil membebaskan kaum Yahudi dari wajib militer. Ia juga berhasil melakukan pembangunan dua kota besar, yaitu Kaisaria dan sebaste. Bahkan ketika terjadi kelaparan yang hebat di Yudea, ia menjual emas-emas yang ada di dalam istananya dan membeli makanan di Mesir. Dari penggambaran ini sangat sulit melihat sosok Herodes yang kejam, yang digambarkan dalam Injil sebagai pembunuh berdarah dingin dan melakukan pembunuhan bayi-bayi Yahudi yang tidak berdosa. Herodes mengalami pergumulan yang sangat berat yang berasal dari lingkungan rumah tangganya sendiri. Ia memiliki sepuluh orang istri danempat orang anak. Anak-anak mereka berebut kekuasaan dan harta warisan Herodes. Pertikaian ini semakin memuncak ketika ia menghukum mati tiga orang anaknya sebelum ia sendiri meninggal. Ia membagi kerajaannya kepada anak-anaknya dan keluarganya.
3. Para Kepala Pemerintahan Dan Prokurator
  • Arkhelaus
Arkhelaus adalah salah satu anak Herodes yang menadapat jatah warisan dari ayahnya dan memerintah daerah Yudea, Idumea dan Samaria. Akan tetapi ia tidak secerdasa ayahnya dalam hal politik, pidatonya di Bait Suci menimbulkan huru-hara dan menyebabkan 3.000 orang yang beribadah tewas.

Arkhelaus meninggalkan Yerusalem selama beberapa hari ke Roma untuk mensahkan surat wasiat ayahnya dan ia segera dapat dilantik menjadi raja. Akan tetapi sementara ia pergi terjadi pemberontakan di Yudea dan menyebabkan 2.000 orang mati di salib. Berita ini di dengar oleh kaisar di Roma dan membuat ia semakin sulit mengambil keputusan. Agustus akhirnya mengesahkan surat wasiat Herodes yang berisi pembagian wilayah tapi tidak mengangkat Arkhelaus sebagai raja, melainkan hanya sebagai kepala pemerintahan. Di Yudea ia tidak menjadi pemimpin yang baik dan memperhatikan kesejahteraan umat, ini tercermin dari keengganan Yusuf untuk melewati Yudea ketika ia pulang dari Mesir ke Nasaret. Pada masa-masa berikutnya terjadi keruwetan, sebab dua orang saudara Arkhelaus telah menjadi raja di wilayahnya masing-masig sedang Yudea masih tetap sebagai propinsi. Lukas sendiri harus bersusah payah menerangkan saman ini:

Dalam tahun kelimabelas dari pemerintahan kaisar Tiberias, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negri Yudea, dan Herodes raja-wilayah Galilea, Filipus saudaranya, raja wilayah Iturea dan trakhonistis dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Khayafas menjadi imam besar, datanglah Firman Allah kepada Yohanes.

Dari tulisan di atas ada dua hal yang mesti di terangkan, nama Herodes yang dimaksud di atas bukan menunjuk pada Herodes agung melainkan kepada Antipas salah satu anaknya. Sedangkan nama Hanas dan Khayafas sebagai dua orang imam besar, sebenarnya Hanas telah disingkirkan oleh pemerintahan Roma, dan mengangkat Khayafas sebagai imam besar. Akan tetapi menurut aturan Yahudi, seorang imam besar akan terus melaksanakan tugasnya sampai ia mati.
  • Filipus dan Antipas
Filipus meninggal pada tahun 34 M sedangkan saudaranya Antipas meninggal pada tahun 39 M. Antipas bertanggungjawab atas pembunuhan Yohanes Pembabtis, seperti yang diceritakan dalam Injil. Yesus sendiri banyak melakukan aktivitasNya di daerah kekuasaan Antipas. Pada tahun 37 M Tiberius, kaisar yang menggantikan Agustus meninggal dan diganti oleh Kaligula. Kaisar ini mengangkat Herodes Agripa I yang merupakan cucu Herodes yang Agung menajadi penguasa atas bekas daerah Filipus. Ketidak setujuan Antipas terhadap keputusan ini menjadi alasan Herodes Agripa I memfitnah Antipas atas persengkokolan dengan Partia. Jelas bahwa sekalipun Yudea adalah daerah yang tidak terlalu luas, akan tetapi situasi politis di sana tidak stabil. Dan inilah yang menjadi latar belakang pelayanan Yesus.
  • Pilatus, Prokurator Yudea
Pilatus adalah gubernur Yudea yang ke-5.selain sumber dalam Injil kita juga bisa mengenal Pilatus dari sumber yang lain yaitu, Yosefus dan Philo dari Alexandria. Philo melukiskan Pilatus sebagai orang yang sangat jahat begitupun Yosefus, namun mereka berdua dalam hal ini cendrung tidak objektif dan melebih-lebihkan.
  • Pilatus dan pengadilan Yesus
Di dalam hukum Romawi pada waktu itu tidak terdapat perincian tentang jenis-jenis kejahatan dan hukuman bagi orang-orang yang tidak berkebangsaan Romawi. Oleh karena itu yang menjadi aturan hokum bagi mereka adalah aturan hokum dalam Negara tersebut. Dalam daerah Yudea yang mengadili adalah para Sanhendrin. Akan tetapi mereka tidak dapat memberikan hukuman mati kepada seseorang. Untuk menjatuhkan hukuman mati, kasus tersebut harus dibawa kepada para wakil-wakil pemerintahan Romawi di daerah tersebut. Wakil ini akan mendengarkan dakwaan dan segala argument-argumen yang diajukan. Ia juga akan menentukan apakah kasus ini pantas untuk di selesaikan atau tidak. Jika kasus ini diputuskan untuk diadili, maka mereka akan melakukan proses selanjutnya dan hanya pemerintah Roma saja yang berhak memberikan hukuman mati. Tetapi bila tidak dianggap kasus yang penting maka orang tersebut dibebaskan dan tidak boleh ditangkap lagi. Sedangkan Pilatus sendiri adalah wakil Roma yang saat itu berkuasa, dan Yesus di perhadapkan padanya. Sekalipun pada awalnya Pilatus hendak mencuci tangan atas perkara tersebut, akan tetapi ia takut kepada ancaman para Sanhendrin yang mengatakan jika ia tidak menghukum orang ini maka ia bukan sahabat Kaisar.

4. Para Kepala Pemerintahan Dan Gubernur Yang Lain
Herodes Agripa I, seperti yang telah diketahui adalah cucu dari Herodes Agung, ia juga diberi wewenang atas daerah kekuasaan Pilatus dan memperluas daerahnya dengan mencaplok wilayah Herodes Antipas. Pada tahun 41M kaisar Kaligula meninggal dan digantikan kaisar Claudius. Pengangkatan Claudius juga dipengaruji oleh Herodes Agripa I, sehingga Claudius kemudian menghapuskan wilayah Yudea dan menjadikan daerah Herodes Agrifa I. Ia adalah seorang pemimpin yang menarik simpati masyarakat Yahudi. Ia juga yang menghukum mati Yakobus, anak Zebedius dan memerintahkan penangkapan Petrus. Ia memerintah selama 3 tahun.

Masalah terbesar orang-orang Yahudi di perantauan adalah hubungan yang kurang harmonis dengan orang Yunani yang jumlahnya lebuh banyak. Hal ini dibawah ke hadapan kaisar Claudius dan kemudian kaisar mengeluarkan pernyataan yang menegaskan hak-hak orang Israel.

Setelah kematian Herodes Agrifa I, Yudea kembali dijadikan provinsi dan dipimpin oleh gubernur. Dua gubernur setelah Herodes Agrifa I tidak terlalu cerdas, akan tetapi paling tidak mereka tidak menyebabkan kerusuhan seperti yang terjadi pada gubernur yang ketiga. Gubernur yang keempat dan kelima melakukan pemberontakan melawan Roma dan orang Yahudi dipaksa untuk melakukan perlawanan.

5. Perang Yahudi Dan Jatuhnya Yerusalem
Florus gubernur baru melakukan beberapa tindakan yang memojokkan orang Yahudi, antara lain keberpihakannya kepada orang Yunani di Alexandria dan kemudian ia merampas kas Bait Suci dengan kekuatan militer yang dimilikinya. Karean kejadian-kejadian ini maka emosi warga Yahudi semakin terbakar dan menjadi penyebab perang antara Yerusalem dan Roma. Dalam waktu satu bulan pemberontakan berhasil menaklukkan kekuatan Roma di Yerusalem dan terus meluas sampai kedaerah-daerah yang mayoritas penduduknya orang Yunani. Kaisar Nero kemudian mengirim Vespasianus, seorang jendral yang berpengalaman untuk menguasai kembali Yudea. Ia berhasil menguasai sendiri berhasil menaklukkan Yerusalem melalui tangan anaknya pada tahun 70M, hal ini terjadi karena perang saudara yang meletus di Yerusalem. Sedangkan Vespasianus menjadi kaisar.

Akibat dari peperangan ini adalah berakhirnya Negara Yahudi, Sanhendrin dan jabatan imam besar di hapus. Setelah masa itu masih terjadi beberapa kali pemberontakan antara lain tahun 115M dan 132 M. Selain itu kaisar membangun kota Yerusalem dan menjadikannya kota berpenduduk Yunani. Orang-orang Israel diusir dan hanya diperkenankan memasuki kota setahun sekali untuk beribadah.

B. Kehidupan Sehari-hari di Tanah Kanaan

Tanah dan iklim Galilea pada abad pertama masehi tidak jauh berbeda dengan sekarang. Ada dua musim, hujan dan kemarau. Di beberapa tempat terjadi perbedaan temparatur yang sangat signifikan pada siang dan malam hari. Daerah Kanaan merupakan daerah perbukitan dan lembah. Di sekitar daerah inilah Yesus banyak melakukan kegiatannya. Perbedaan ketingian juga menyebabkan perbedaan temperature yang cukup drastis.

Di desa-desa terdapat jalan-jalan yang menghubungkan satu desa dengan yang lainnya. Akan tetapi keadaan tanahnya gersang tanahnya gundul, berlembah dan berbukit. Jelas bahwa bukti adanya jalur jalan menunjukkan bahwa daerah ini tidak terisolasi. Bahkan ia menjadi tempat persinggahan dari Mesir ke Syria dan sebaliknya. Panjang Kanaan adalah 250 km sedang lebarnya 50 km. Jalan-jalan ini lebih banyak berada di daerah Galilea keren aletaknya yang datar, sedangkan daerah Yerusalem dan Yudea (samaria) tidak terlalu menjadi jalur transportasi karena letaknya di perbukitan. Oleh karena itu Yerusalem dapat mempertahankan tradisi Yahudi sangat lama.

Pengaruh gaya kehidupan Romawi sangat terasa di kota-kota besar seperti Kaisarea, Tiberias, sedang di kota-kota kecil dan desa pengaruh adapt Yahudi masih kuat seperti di Nasaret. Selain itu disekitar daerah perbukitan dan padang gurun, gaya hidup gembala menjadi yang utama, sedang di sekitar pantai dan danau gaya hidup nelayan yang menonjol.

Bangunan rumah ada dua model yang bergaya Romawi jelas merupakan kediaman penduduk romawi dan kelompok Yahudi yang kaya. Rumah yang lebih sederhana dan dari bahan yang tiak tahan lama dan merupakan rumah orang kebanyakan dan sebagian besar orang Yahudi. Bagi golongan gembala, karena profesi mereka yang tidak menetap maka mereka tidak membangun rumah, mereka hanya membuat tenda yang terbuat dari kulit binatang.

Pakaian yang sangat popular di daerah kekuasaan Romawi adalah pakaian militer, pakaian seperti inilah yang dipakai untuk menggambarkan perlengkapan senjata rohani dalam efesus 6: 14-17. Sedangkan bagi orang lain (non militer), mereka mengenakan pakaian biasa. Sedangkan bagi orang Yahudi pakaian mereka biasanya terdiri dari 5 potong; sandal, pakaian dalam, jubah, ikat pinggang, dan penutup kepala. Penutup kepala ini adalah symbol yang penting dan membedakan mereka dari orang non Yahudi, dikenakan oleh laki-laki dewasa. Sedang bagi wanita topi tersebut diganti dengan selubung/ kain penutup kepala.

Dalam hal makanan, orang Romawi makan empat kali dalam sehari terdiri dari makan pagi, siang, sore (makanan ringan biasanya roti atau kue), dan makan malam (makanan berat). Biasanya makan malam dilakukan sambil bercerita, karena itu bisa berlangsung 2-3 jam. Bagi orang Yahudi mereka menjaga pola makan mereka. Bahkan bagi yang fanatic mereka sama sekali tidak kompromi dalam hal ini, karena dalam hokum Taurat ada aturan tentang makanan yang haram dan halal. Orang Yahudi hanya makan dua kali sehari, makan siang dan malam.

Pendidikan di Romawi mengikuti Yunani, yang mengharuskan anak bersekolah sejak umur 6 tahun. Sayangnya dalam masyarakat Romawi kedudukan guru sangat rendah bahkan terkadang disejajarkan dengan buruh. Pendidikan bagi anak-anak Yahudi sangat baik, hal ini diakibatkan peran agama Yahudi yang sangat menekankan peran serta semua orang dalam mempelajari kitab suci termasuk anak-anak sendiri. Sekolah-sekolah mereka merupakan satu institusi dengan institusi agama. Umur 5-6 tahun mereka sudah masuk ke synagoge untuk belajar. Guru sendiri memiliki derajat yang tinggi di Kanaan. Karena penggabungan institusi ini, maka pelajaran yang diterima bukan dalam bidang umum, melainkan secara khusus dalam bidang agama Yahudi.

C. Kehidupan Agama Yahudi Pada Abad Pertama Masehi

Pada tahun 70M bait suci hancur dan membawa dampak yang sangat luar biasa. Pada tahun 90M sebuah siding raya dilaksanakan di kota Yamnia dan berhasil mempersatukan keyahudian yang terdiri dari berbagai macam aliran, dalam menghadapi berbagai tantangan. Tulisan para rabi yang kita ketahui terdiri dua kelompok, yaitu MISHNA dan GEMARA. Kedua dokumen ini dikenal dengan nama TALMUD. Selain itu ada juga TOSEFTA dan MIDRASH, sayang bahwa dokumen-dokumen ini bukan merupakan dokumem Yahudi, melainkan hanya merupakan dokumen ide-ide agama Yahudi. Untuk pengetahuan sejarah kita sangat bergantung pada seorang sejarawan Yahudi, yaitu Yosefus. Ia memiliki dua karya penting yaitu Sejarah Perang Yahudi dan Khasanah kuno Yahudi. Selain itu sumber-sumber dari kekristenan dan hasil penemuan arkeologi di goa Qumran da Masada, yang kemudian di kenal dengan nama Naskah-naskah Laut Mati.

Bait Allah memegang peranan yang penting sebagai symbol keberadaan Yahudi. Bait yang ada pada abad pertama masehi adalah bait yang ketiga yang dibangun di atas bait yang sebelumnya. Sebenarnya pembangunan bait ini belum rampung smpai dihancurkan pada 70M, sedangkan artsitekturnya dipengaruhi oleh Romawi. Akan tetapi keindahan Bait Allah ini tetap dapat diperhitungkan.

Ibadah-ibadah di Bait Allah berpusat pada ibadah-ibadah korban yang berlangsung setiap hari. Untuk melaksanakan upacara korban ini, maka seluruh wilayah Palestina di bagi menjadi 24 bagian. Hari-hari yang penting selain Sabath adalah hari raya pondok daun, paskah yang semuanya berasal dari tradisi yang lebih tua. Pada hari-hariu itu berdatanganlah orang-orang Yahudi dari seluaruh daerah Palestina. Paskah merupakan puncak perayaan tahunan, dan diperkirakan ada 125.000 orang yang ikut dalam perayaan yang dipusatkan di Bait suci ini.

Imam besar atau imam agung menjadi symbol yang penting di Bait Allah. Hal ini menuntut konsekwensi perilaku imam besar dan semua keluarganya tidak boleh bercacat cela. Akan tetapi pada masa abad pertengahan jabatan imam besar sangat dipengaruhi oleh intervensi penguasa romawi yang mengangkat dan menurunkan imam besar sekehendak hatinya. Seluruh pelaksanaan ibadah dilayani oleh 24 kelompok imam dan 24 kelompok orang Lewi. Sehingga total jumlah imam di bait suci adalah 7.200 orang ditambah dengan orang-orang Lewi yang jumlahnya lebih banyak lagi.

Selain keberadaan Bait Suci dan Imam agung, ternyata ada unsur lain yang menjadi kekuatan bagi ke-yahudian untuk tetap eksis sekalipun pada tahun 70M Bait Allah dihancurkan dan dengan demikian jabatan keimamatan juga sirna. Kekuatan tersebut adalah adanya hokum. Ketaatan terhadap hukum ini sangat mengakat kuat dan mendarah daging dalam diri orang-orang Israel terlebih bagi mereka yang berada di perantauan. Sebenarnya semangat taat dan mengagungkan hokum ini bukan baru muncul, tetapi mulai sejak zaman pembuangan di Babel, sampai pada kembalinya mereka dengan dipimpin oleh Ezrah dan Nehemia. Kelima kitab pertama dalam PL mencapai puncaknya pada masa tersebut, sehingga diberi nama kitab Torah (Hukum/Taurat). Kata Torah sebenarnya dalam pengertiannya tidak berarti hokum secara tertulis, melainkan berarti ajaran, doktrin. Akan tetapi lama-kelamaan pemahaman akan hokum dikenakan pada kata Torah. Akibat dari pengagungan Torah ini, maka penyelidikan dan diskusi-diskusi semakin meningkat dalam memperlajari Torah, bahkan dalam hal-hal yang sepele sekalipun. Hal ini kemudian menyebabkan munculnya berbagai aliran-aliran dalam keyahudian.

Salah satu kelompok tersebut adalah kelompok Saduki, kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok yang keanggotaannya dari golongan masyarakat kaya. Sebagian besar imam di Bait Suci adalah kelompok Saduki, tetapi tidak semua anggota Saduki adalah imam. Mereka memiliki pandangan yang sangat bersifat hurufiah terhadap Torah, oleh karena berbeda dengan kaum Parisi, mereka tidak mempercai adanya malaikat, hari setelah kiamat, pahala, hukuman masa datang dan lain-lain. Sangat sedikit informasi mengenai kelompok ini, kalaupun ada itu berasal dari musuh-musuh mereka dan cendrung bernada negative.

Kelompok yang berikut adalah kelompok Sanhendrin atau “sidang”. Kelompok ini terdiri dari 71 orang anggota, tidak jelas siapa-siapa orang ini. Akan tetapi ada polemic disekitar pelaksanaan tugas mereka. Apakah mereka lebih berfokus pada dunia politik atau pada dunia agama. Akan tetapi pemahaman bangsa Yahudi yang tidak pernah jelas dalam dikotomi ini membuat kita dapat memahami bahwa campur aduk urusan agama dan urusan Negara tidak berbeda. Kekuatan kelompok ini sangat bergantung pada kedekatannya dengan penguasa. Mereka diduga terlibat dalam proses penyaliban Yesus.

Bagian yang berikut adalah ahli Taurat, pemahaman bahwa ahli Taurat adalah sebuah kelompok, sama seperti Sanhendrin misalnya adalah salah. Sebab jabatan ini lebih menunjuk pada kemampuan seseorang dalam memahami hokum Taurat dan tradisi Israel. Seorang ahli Taurat harus menempuh berbagai pendidikan dan proses sehingga mereka dapat diakui sebagai seorang ahli taurat. Mereka tidak boleh berumur kurang dari 40 tahun. Kecakapan dan kepandaian sangat ditekankan disini. Jika mereka terkenal karena pengetahuan mereka akan hokum, maka kemungkinan mereka akan mendapatkan jabatan yang tinggi dalam masyarakat. Tetapi tidak banyak juga ahli taurat yang harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sebenarnya tiap kelompok punya ahli taurat sendiri. Parisi punya ahli taurat sendiri, Saduki punya ahli taurat sendiri, karena itu ketika Yesus mengecam ahli taurat, kita mesti tahu ahli taurat yang mana yang dikecam Yesus pada saat itu?

Kelompok yang sangat juga berpengaruh besar adalah kelompok Parisi. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa golongan ini bukanlah ahli-ahli Taurat, tetapi mereka lebih menekankan pada pelaksanaan ritual-ritual keagamaan. Ahli Taurat berorientasi pada masalah teologi sedang Parisi pada masalah ritualnya. Akan tetapi pelaksanaan ritual harus berdasarkan pemahaman yang benar akan Teologi, karena itu selalu pemimpin Parisi adalah ahli Taurat. Mereka menekankan aturan-aturan yang sangat menekankan kesucian hidup dan bersifat sangat eksklusif. Kalau kelompok Saduki sangat bersifat konservatif dan kaku dalam memahami Torah, Parisi justru menempatkan Torah dibelakang hokum-hukum yang lahir dari penafsiran terhadap Torah tersebut. Itulah sebabnya disamping dekalog (sepuluh hokum) kaum Parisi memiiki 613 peraturan lainnya yang terus berkembang seiring perkembangan zaman.

Setelah sidang Raja Yeremia tahun 90 Masehi ke-yahudian mulai dikenal dengan nama ke-yahudian Rabinis dan bukan keyahudian Farisi, meskipun keduanya berhubungan erat. Perubahan nama itu berkaitan dengan pemakaian nama rabi (guru). Permulaan abad pertama digunakan hanya sebagai sebuah keakraban dan hormat. Tapi menjelang akhir abad pertama sebutan itu berubah menjadi sebutan resmi seperti yang terdapat dalam Matius 23 : 7 – 8. Jadi pada abad kedua sudah menjadi sebutan resmi.

Kata bahasa Yunani SYNAGOGE adalah kata bahasa Ibrani “eda” yang berarti jemaah” dengan pengertian seperti itu maka Sinagoge bukanlah suatu gedung atau tempat ibadah. Pada sebuah lain sumber-sumber Yahudi mengatakan, bahwa lembaga Sinagoge sudah mulai sejak zaman Musa. Meskipun secara historis ini kita katakan, bahwa lembaga ini dimulai oleh gerakan orang Yahudi sendiri dan gerakan inilah yang kemudian dihubungkan dengan tokoh Ezra. Masih ada faktor lain yang menunjang munculnya lembaga Sinagoge tersebut terutama keadaan di tempat pemukiman orang Yahudi di luar tanah airnya.

Jadi bisa dikatakan bahwa dengan pertemuan-pertemuan untuk berdoa dan beribadah serta belajar kitab suci mendorong mereka untuk mendirikan bangunan khusus.

Fungsi Sinagoge bukan hanya tempat ibadah, tetapi untuk keperluan lainnya, misalnya untuk pusat kegiatan sosial sekuler, tempat menyelesaikan soal-soal hukum politik dan keagamaan. Bahkan ada ahli berpendapat Sinagoge juga dipakai sebagai tempat persinggahan dan penginapan para musafir. Sinagoge juga sebagai pusat pendidikan baik untuk anak-anak, pemuda, maupun orang dewasa, bukan hanya pelajaran ilmu tapi juga belajar kitab suci.

Dalam Sinagoge tidak ada tenaga pelayan seperti pendeta. Petugas utama disitu ialah kepala Sinagoge (Arkhisynagoge) yang berperan penting didalam semua kegiatan yang berlangsung disitu.

Jelas fungsi utama Sinagoge adalah tempat ibadah. Sinagoge mempunyai satu tempat suci yang berisi gabungan-gabungan kitab “Thorah” dan (kadang-kadang juga kitab nabi-nabi), yang diperlakukan secara khidmat da hormat. Gulungan-gulungan yang rusak disimpan di tempat penyimpanan yang disebut GENIZA.

Selama abad pertama Masehi lebih banyak orang Yahudi yang tinggal di luar Palestina ketimbang yang tinggal di Palestina. Mereka yang tinggal diluar Palestina kira-kira ada 4 juta orang sedangkan yang tinggal di Yudea ada kira-kira 2 juta orang. Penyebaran keluar Palestina (bahasa Yunaninya : Diaspora) terjadi secara bertahap dan karena berbagai alasan. Ada karena paksaan seperti pembuangan ke Babilon dan ada karena alasan perdagangan. Dan mereka tetap menjaga identitas mereka ditengah masyarakat yang mayoritas dan kebudayaan Yunani. Oleh karena itu mereka mengorganisir diri dalam bentuk masyarakat atau kelompok, yang menempati wilayah khusus dalam kota.

Meskipun bahasa mereka sehari-hari Yunani, namun mereka masih tetap berkiblat kearah Bait Allah di Yerusalem, dan mereka bersedia memberikan uang yang cukup besar untuk keperluan Bait Allah. Salah satu contoh tokoh Yahudi yang menjadi Yahudi perantauan ialah Philo dan Paulus.

Persekutuan Qumran adalah bagian dari gerakan Farisi yang ekstrim. Gerakan Farisi ekstrim ini mendasarkan diri pada sikap pemisahan diri secara mutlak. Orang-orang anggota persekutuan Qumran adalah orang kelompok Esseni. Nama itu pernah disebut oleh Philo, Yosefus dan Pling.

Persekutuan Qumran merupakan persekutuan yang benar-benar memisahkan diri dari masyarakat. Qumran adalah persekutuan yang berdikari. Mereka menganggap ciri sebagai sisa bangsa Israel yang benar, dan mereka dengan sangat rindu menantikan datangnya zaman mesianis. Kepercayaan itu mereka nyatakan didalam organisasi persekutuan yang terdiri dari para iman dan umat. Mereka juga membagi diri dalam 12 suku.

Para imam mempunyai kuasa tertinggi. Pleno dihadiri semua anggota. Mereka membentuk sebuah dewan atau majelis yang beranggotakan 72 orang awam dari 3 orang imam. Disamping itu ada 2 pejabat utama, yaitu imam besar dan pengawas.

Untuk masuk anggota Qumran ada aturan-aturan tersendiri yang dipakai. Kelompok ini tidak melarang perkawinan baik anggota biasa maupun para pemimpinnya. Kelompok ini juga tekun mempelajari kitab suci. Tetapi buku-buku tafsiran yang mereka hasilkan menunjukkan bahwa mereka mempunyai cara atau penafsiran tersendiri. Disamping itu mereka juga menyebut-nyebut tokoh yang sangat mereka harapkan, yaitu tokoh guru kebenaran.

Orang Zelotis adalah orang-orang yang mendukung segala tindakan kekerasan untuk mempertahankan imam kepercayaan mereka. Pada umumnya diakui, bahwa permulaan munculnya gerakan Zelotis adalah pemberontakan melawan sensus yang diadakan oleh Quirinius pada tahun 6 Masehi. Pemimpin pemberontakan itu adalah Yudas dari Galilea yang dihukum mati oleh Herodes.

Para Selotis mereka menolak membayar pajak pada pemerintahan Roma, nama mereka ambil dari nama simbol materai Bait Allah dari kitab Thorah. Dikenal keras hingga Yosefus menyebut mereka sebagai para pembunuh.

Orang-orang Samaria adalah penduduk wilayah Palestina bagian utara. Wilayah itu dahulu adalah wilayah kerajaan Israel utara. Sejak abad ke 6 M, ada pertentangan antara orang-orang Samaria itu dengan orang Yahudi yang bertempat tinggal di wilayah Yudea. Tempat melakukan ibadah kepada Allah dekat Gerisim. Mereka menganggap diri sebagai bangsa Israel yang benar, yang memisahkan diri dari tubuh bangsa Israel yang telah dicemarkan oleh imam Elia pada zaman Samuel. Mereka pernah dibuang keluar Palestina pada tahun 722 SM. Ketika ibukota Samaria jatuh ke tangan Assyria. Namun 50 tahun kemudian mereka kembali menduduki tanah air mereka.

Pada tahun 129 SM Yohanes Hirkanus menghancurkan Bait suci dengan demikian semakin bencilah orang Samaria pada orang Yahudi. Namun Herodes kembali menyelesaikan masalah tersebut dengan perkawinannya dengan wanita Samaria. Namun Yosefus melaporkan pertentangan kembali menyalahkan ketika orang Samaria terebut mewajibkan Bait Allah dengan membuang tulang manusia di halamannya. Orang Samaria menerima kitab Thorah sebagai kitab suci mereka, tetapi tidak mau menerima kitab para nabi serta kitab-kitab lain dalam PL.

D. Masalah-masalah Pokok Yang Hidup di Palestina Pada Abad Pertama Masehi

  • Kejahatan dan Penderitaan
Pada dasarnya bahwa pandangan Yahudi mereka memahami bahwa mereka adalah bagian dari satu bangsa yang telah dipilih Allah untuk menjadi sarana untuk pemberlakuan maksud Allah sendiri. Karena itu Allah menganggap mereka sebagai milik pribadinya, kerajaan Imamat dan bangsa yang kudus. Sebab itu mereka pahami bahwa Allah akan menuntut loyalitas tunggal yang eksklusif dari seluruh bangsa Israel.

Namun demikian mereka diperhadapkan dengan kenyataan dimana keadaan dunia banyak diisi oleh kejahatan, dosa dan penderitaan yang bertentangan antara keyakinan dan kenyataan. Akhirnya mereka menganggap bahwa apapun penyebab kejahatan itu, mereka (orang-orang Yahudi) percaya bahwa penyembuhannya ada di tangan Allah sendiri saja yang dapat membawa perubahan radikal bagi nasib bangsa pilihan-Nya dan dunia seluruhnya. Karena itu orang-orang Yahudi memandang masa depan dengan penuh harapan.
  • Kehadiran Allah
Mengenai kehadiran Allah, ada yang beranggapan bahwa Allah tetap hadir di tengah-tengah mereka baik dalam suka dan duka. Lewat doa-doa mereka seolah-olah Allah sendiri terlihat dalam percakapan dengan orang berdoa itu. Namun ada juga yang benar anggapan bahwa Allah tidak aktif, tidak berkarya, bahkan tidak hadir sama sekali. Melayani dimasa lampau, mereka pahami bahwa Allah memberikan Rohnya kepada Raja, tentara dan para nabi sehingga mampu mengerti serta menyampaikan berita Ilahi tapi pada zaman Yesus pengilhaman dan nubuatan seperti itu tidak ad lagi.

Karena itu ada 2 hal yang perlu dijelaskan dalam hal ini. Pada satu pihak Allah masih dipercayai sebagai yang berbicara langsung dengan suara rahasia (Mat 3 : 17). Juga kelompok Qumran percaya bahwa Roh Ilahi itulah yang memimpin kehidupan mereka; Roh Ilahi itu mereka sebut Roh kebenaran.

Keyakinan akan kehadiran Allah di dunia mengambil bentuk juga dalam kepercayaan akan para malaikat. Bahkan para malaikat juga dipercayai sebagai yang mengatur gerakan seluruh alam semesta.
  • Harapan Masa depan
Harapan masa depan juga banyak pandangan pertama masa depan itu sama seperti keadaan masa kini, hanya saja semuanya lebih baik, yang lainnya berpendapat bahwa masa depan itu merupakan suatu masa yang supranatural, yang datang dari luar dunia dan sama sekali berbeda dari masa sekarang.

Orang Selotes melihat masa depan sebagai lanjutan dari masa depan duniawi sekarang ini, mereka mengharapkan saat ketika Allah sendiri memerintah Israel. Itu berarti Palestina sebagai tanah suci akan dikembalikan kepada pemerintahan Allah sendiri. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa masa depan itu sebagai akhir dari pemerintahan.

Kemudian mengenai non Yahudi, masa depan sering cenderung disamakan dengan berakhirnya nasib dan pemerintahan non Yahudi. Lalu pembenaran orang benar cenderung disamakan dengan pemulihan kembali dalam Israel, namun masih ada harapan bagi non Yahudi yakni sebagian mereka masih hidup terus dengan mengakui keunggulan bangsa Yahudi itu. Bahkan bagi mereka terbuka kesempatan untuk bertobat dan menaati Allah Israel.
  • Masa Depan Yang Penuh Kemuliaan
Meskipun banyak pandangan orang Yahudi, kelompok Selotis dan Qumran berbeda-beda, sehingga sulit ditentukan pandangan mana yang benar. Namun semuanya itu menunjukkan bahwa didalam beberapa kalangan orang Yahudi terdapat pandangan tentang adanya tokoh transenden yang supra – natural, yang akan muncul pada akhir zaman dan berperan dalam penghakiman semesta tersebut. Orang-orang benar akan hidup kekal bersama tokoh tersebut. Didalam kitab Henokh tokoh itu disebut “Dia yang Terpilih dan “anak manusia”. Tokoh tersebut adalah tokoh surgawi yang ada bersama Allah, ia akan menobatkan dengan kemuliaan dan duduk menghakimi semua bangsa beserta para penguasanya. Ia akan menghakimi orang jahat, para malaikat dan menyelamatkan orang-orang benar dan tinggal bersama mereka selamanya.

H. Paulus Dan Dunia Masa Hidupnya
  • Dunia Romawi – Yunani
Yang perlu diperhatikan dalam kehidupan dunia Romawi – Yunani adalah hal-hal yang memberi pengaruh kepada masa hidup Paulus serta pengaruh terhadap teologi Paulus dalam penginjilannya. Masyarakat Romawi – Yunani mengenal perbedaan kelas secara tajam, meskipun mereka semua berhak menjadi warga negara Romawi, kelas yang terendah adalah kelas para hamba yang jumlah jauh lebih banyak dari kelas lain. Agama dan kebudayaan Yunani sangat dominan di seluruh wilayah kekaisaran, sehingga tidak mengherankan kalau pola berpikir Yunani pun sudah mendarah daging diantara kebanyakan penduduk, dan tentu hal ini juga dialami Paulus.

Masyarakat Romawi – Yunani adalah masyarakat yang sangat terbuka kepada pengaruh dari luar, dan haus akan kehidupan yang sejati. Dan kekristenan pun segera menemukan jalan masuk yang tidak terlalu sulit, dan dijadikan sebagai almat pekabaran Injil segera setelah Yesus tidak ada di dunia ini.
  • Paulus : Orang Yahudi yang Berwarga Negara Romawi
Perintis dan sekaligus pemimpin usaha pekabaran Injil kepada masyarakat Romawi – Yunani adalah rasul Paulus. Ia lahir di kota Tarsus di wilayah Silsilia. Orang tuanya kelompok Yahudi ortodoks. Paulus didik dengan ajaran Farisi yang keras. Mereka berstatus warga negara Romawi, dan mempunyai kedudukan sosial yang terhormat. Mengenai dirinya ia sendiri mengatakan bahwa dia adalah orang Yahudi tulen, disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, menganiaya jemaat. Ia cacat dalam mentaati kebenaran hukum Taurat. Bahkan ia adalah orang yang dalam agama Yahudi rajin memelihara adat istiadat nenek moyangnya.

Pendidikan keyahudian Paulus ditemukannya di Yerusalem di bawah bimbingan rabi Gamaliel. Ia berbahasa dalam 2 bahasa : Aram dan Yunani jadi Paulus nampak seorang yang cerdik, mengenal filsafat stoa, dan tentu saja agama rahasia yang populer waktu itu.
  • Pertobatan Paulus
Pertobatan Paulus terjadi dalam perjalanan misi penganiayaan yang terjadi di jalan menuju Damsyik atau Damaskus. Yakni ada suara yang menimpa Saul. Suara itu memperkenalkan diri. Akulah Yesus yang akan aniaya itu (Kis 9 : 5) dan mengenai cerita boleh lihat dalam Kis 9:3-9 ; 22 4 : 11 dan 26 : 12 – 18. Peristiwa dan pengalaman itu nampak memberikan jalan keluar yang tepat bagi pergumulan dan pertentangan diri bagi pribadi Saul. Peristiwa itu membawa perdamaian bagi sasaran pelampiasan saya dan semua orang Kristen.

Kemerdekaan yang dialami oleh Paulus itu telah memungkinkan dia untuk juga bebas dalam memperluas jangkauan pergaulannya dan tidak terbatas pada lingkungan kelompok Yahudi ortodoks saja. Pertemuannya dengan Yesus itu di jalan ke Damaskus merobohkan semua tembok-tembok pemisah dan memberikan kebebasan untuk pergi ke orang yang bukan Yahudi. Pelayanan Pekabaran Injil yang Pertama

Sebutan Kristen untuk pertama kali adalah di Antiokhia. Dari sinilah Paulus pergi memulai pekabaran Injilnya yang pertama. Paulus dan Barnabas mula-mula pergi ke Siprus (Kis 13 : 4 – 12), lalu terus ke Asia kecil, khususnya di kota-kota Galatia (Kis. 13:14, 51, 14:6-7). Pertama memberitakan Injil di Sinagoge Yahudi, ada dua kelompok yaitu kelompok Yahudi asli dan kelompok bukan Yahudi yang sudah masuk Kristen. Tapi karena orang Yahudi menolaknya maka berita baru itu langsung disampaikan kepada orang-orang bukan Yahudi. Akibat perantaraan Paulus tumbuhlah persekutuan Kristen asal Yunani dan muncullah kebencian orang Yahudi terhadap mereka. Setelah Paulus kembali ke Antiokhia lalu kemudian Paulus ditunjuk lagi, namun teman sekerjanya ini adalah Silas, karena Barnabas memilih kembali ke Siprus (Kis. 15:22-23).
  • Perjalanan Paulus Yang Kedua
Dari Antiokhia ia kembali mengunjungi jemaat di Asia Kecil hasil pekabaran Injil yang pertama lalu mereka melanjutkan perjalanan ke arah barat. Tapi karean tidak mendapat tempat untuk memberitakan Injil mereka harus ke barat sampai ke pesisir laut Aegea di kota Troas (Kis. 16:6-8). Tidak mendapat peluang lagi maka mereka terus ke Eropa yakni di Makedonia (Kis. 16:10). Dengan penyeberangan itu membawa mereka ke provinsi Akhaya dan disitulah mereka berhasil mendirikan jemaat Kristen kecil. Namun ada pihak-pihak yang tidak senang yang menentang usaha mereka, seperti di kota Filipi orang Yunani menentangnya yang juga membenci agama dan orang Yahudi (Kis. 16:19-24).

Begitu halnya di Tesalonika. Sehingga Paulus cepat meninggalkan tempat itu dan pergi ke Athena tapi Silas tinggal disitu (Kis. 17:1-14). Lalu setelah dari Athena Pauls ke Korintus, disitulah keberhasilan Paulus sangat menonjol. Korintus adalah pusat perdagangan. Paulus disitu melanjutkan pekerjaannya membuat tenda dan rupanya para penguasa Romawi memberi semangat kepada Paulus dalam pekabaran Injilnya. Setelah itu Paulus kembali ke Yerusalem lewat Antiokhia (Kis. 18:18,22) dan mampir di Efesus yaitu pos pekabaran Injilnya yang kedua.
  • Perjalanan Pekabaran Injil Yang Ketiga
Sesuai g diketahui bahwa pekabaran Injil Paulus yang ketiga hay a dilakukan di Asia Kecil saja, dan Efesus sebagai pos pusatnya. Efesus adalah kota yang cukup besar, subur dengan agama kesuburannya, dewi Artemis sebagai pujaannya.

Paulus tinggal di Efesus ± selama tiga tahun (Kis. 20:31). Disana Paulus mengangkat pembantu tetap yaitu Timotius (Roma 16:21; I Kor. 4:17 dan sebagainya), Lukas, Tikhitus Efesus 6:21; Kol. 4:7 dan sebagainya). Dari hasil pemberitaan itu ada jemaat yang berhasil berdiri tanpa usaha langsung dari Paulus. Seperti : Jemaat Kolose, Loadkea, dan Hierapolis. Namun dalam pekabaran ini selalu saja ada kesulitan-kesulitan yang muncul dari orang Yahudi dan dari pihak bukan orang Yahudi yang terjadi di Korintus dan Galatia, sehingga Paulus mengirim beberapa pembantunya ke Korintus untuk menyesuaikan kekacauan yang terjadi. Dan akhirnya berhasil diatasi berhasil diatasi. Paulus sendiri kemudian dapat mengunjungi jemaat sendiri, kemudian dapat mengunjungi jemaat Korintus setelah menyelesaikan pekerjaannya di Efesus. Pada waktu yang baik inilah Paulus dapat menulis suratnya yang paling berbobot dan terpanjang seperti yang kita miliki sekarang yaitu surat Roma.

Lalu kemudian ia merencanakan perjalanannya ke Spanyol. Dan ia merencanakan untuk singgah di Roma dengan harapan untuk memperoleh dukungan selanjutnya (Roma 15:14-29) g. Pertentangan Dengan Orang-orang Kristen Asal Yahudi

Akibat dari pemberitaan dari ajaran Paulus tentu akan menimbulkan pertentangan dari kalangan orang Kristen asal Yahudi. Sebagaimana persekutuan yang hidup dan baik, dan bersifat supra-rasial, supra-nasional, disitu tidak ada beda orang Yahudi dan Yunani berbuat tak bersunat, tuan dan hamba dst. Persekutuan yang demikian tentu saja kurang menyenangkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang masih memegang ikatan sempit seperti orang Yahudi. Seperti orang Farisi tidak menyenangkan hal demikian. Lebih lagi kemudian Paulus yang mengizinkan orang bukan Yahudi langsung masuk Kristen tanpa lebih dahulu masuk atau lewat agama Yahudi.

Ketegangan-ketegangan semakin terasa didalam jemaat-jemaat yang heterogen hasil pekabaran Injil Paulus. Orang-orang Kristen asal Yahudi diminta memenuhi hukum agama Yahudi sementara yang bukan asal Yahudi agak bebas. Pertentangan itu datang terus. Dan bagi Paulus persekutuan kristiani yang benar merupakan hal yang sangat vital. Dan disinilah pemahaman dan penghayatan teologis akan kehidupan baru kristiani itu tetap merupakan pergumulan sampai sekarang.
  • Yerusalem dan Roma
Dukungan keuangan kepada jemaat Kristen di Yerusalem yang dilanda kemiskinan hebat. Menurut Paulus, dukungan itu merupakan salah satu bukti nyata kehidupan persekutuan kristiani yang baru, yang melampaui batas-batas kemanusiaan yang ada.

Namun perkunjungan musibah itu disalah-terima, para pemimpin gereja di Yerusalem terhadap Paulus sebab Paulus sudah sangat dikenal sebagai orang yang selalu mengkritik ke-yahudian yang sangat legalistis itu. Karena itu ketika kunjungan kemanusiaan Paulus ke Yerusalem, Paulus justru ditangkap, lalu kemudian diadili sampai ia dikirim ke Roma sebagai tahanan. Tertangkapnya Paulus juga merupakan keberhasilan dalam rencananya mengunjungi Roma.

Dalam masa tahanan itu, disitulah ia menulis surat kepada jemaat Filipi, Kolose dan sahabatnya Filemon. Mungkin juga surat Efesus ditulis pada waktu itu. Itu berarti surat tersebut memberi bukti kuat bahwa Paulus tidak pernah berhenti bekerja sebagai rasul. Temannya itu berlangsung + dua tahun (Kis 28:30). Surat kepada Timotius dan Titus memberikan kesan sedikit bahwa ia sempat ditahan untuk kedua kalinya. Dan akhirnya bisa dikatakan supaya Paulus mengalami mati sahid.
  • Catatan Kronologis Paulus
Inilah kronologis kehidupan Paulus : tahun 33 Paulus bertobat menjadi Kristen, tahun 35 mengunjungi Yerusalem, lalu kunjungan kedua 14 tahun kemudian yakni tahun 49. Perjalanan pekabaran Injil yang kedua mulai tahun 50. pada tahun itu ia ditangkap selama 2 tahun ditahan, sampai tahun 61 lalu ia dibawa ke Roma. Penahanannya selama 2 tahun berlangsung sampai tahun 64 dan kira-kira 64 – 65 ia mati sahid.

I. Catatan Kritis

1. Roma dan Timur Tengah

Penjelasan mengenai keadaan Roma dan timur tengah pada bagian ini sangat penting, sebab situasi inilah yang menjadi bingkai pemahaman situasi dan keadaan yang terjadi pada saman Yesus berkarya. Pemahaman yang benar akan situasi zaman tersebut akan sangat membantu kita dalam mengenal dan memahami tuntutan yang mengakibatkan jawaban dan respon dari firman Allah. Timur tengah sendiri memiliki iklim dan kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan iklim dan kebiasaan di Indonesia, oleh karena itu pengetahuan akan keadaan alam, budaya dan kebiasaan di timur tengah akan membantu kita dalam mengerti pewahyuan yang terjadi pada saat itu.

2. Kehidupan Sehari-hari di Tanah Kanaan
Kanaan sebagai sebuah daerah yang secara spesifik merupakan tempat lahir dan berkembangnya peradaban Yahudi, kemudian menjadi tempat lahirNya Kristus merupakan sentral peristiwa karya penyelamatan Allah. Pada bagian ini, penulis telah menggambarkan bagaimana kehidupan sehari-hari di tanah Kanaan, mulai dari keadaan tanah dan iklim, keadaan jalan, keadaan kota-kota dan desa-desa, rumah-rumah, pakaian, makanan dan minuman, pendidikan dan pusat pelayanan Yesus.

Dari beberapa hal yang disebutkan diatas memang perlu diperhatikan sebab hal tersebut terkait dengan penulisan kitab PB. Artinya konteks penulisan dari PB, tentunya tidak terlepas daripada kehidupan masyarakat atau tradisi serta budaya yang dianut oleh masyarakat pada waktu itu. Dalam hal ini corak kehidupan Romawi misalnya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan Yunani. Kemudian kehidupan yang bercorak keyahudian, bahkan kehidupan yang bercorak gembala dan menangkap ikan.

Maksudnya bahwa baik tulisan-tulisan keempat Injil maupun surat-surat, itu tidak terlepas dari konteks kehidupan masyarakat yang menjadi dasar dan latar belakang dari setiap penulisan PB. Atau dengan kata lain bahwa penulisan kitab PB, itu tentunya dipengaruhi oleh keadaan kehidupan sehari-hari masyarakat.

3. Kehidupan Agama Yahudi Pada Abad Pertama Masehi
Kita perlu mengetahuinya dengan benar, bagaimana pokok-pokok pikiran seperti misalnya kelompok-kelompok kecil yang disebutkan diatas. Sebab semuanya ini mempunyai pengaruh yang besar dalam tulisan-tulisan PB. Artinya alur pemikiran, karakter dan tujuan dari setiap tokoh atau kelompok dalam tulisan-tulisan tersebut, perlu menjadi pusat perhatian bagi kita, agar ketika kita mencoba memahami dan menafsirkan kita mempunyai tujuan yang terarah dan jelas. Dalam arti bahwa tafsiran-tafsiran yang kita hasilkan benar-benar menghasilkan mutu dan kualitas sesuai yang kita harapkan.

Pengenalan akan setiap tokoh dan kelompok yang muncul dalam kitab PB. Juga memberikan kesadaran bagi kita bahwa sejak zaman kitab PB ditulis sudah banyak pendapat-pendapat atau pemahaman yang berbeda dalam memahami dan menafsirkan kitab suci. Dan menurut saya pemahaman yang berbeda itu wajar. Tapi sejauh mana kita bisa melihat, mengerti dan memaknai dari setiap pendapat tersebut, karena satu tujuan kita dalam pengenalan akan Allah yang kita yakini dan percayai sebagai sumber hidup yang memberi keselamatan. Artinya jangan sampai karena suatu tujuan / atau kepentingan pribadi dan kelompok yang bersifat semu yang memberi kehampaan dalam hidup kita.

Kitapun harus sadar bawa dalam era kita sekarang ini, banyak teolog-teolog yang muncul, yang masing-masing dengan segala kemampuan dan pengetahuannya dalam mengembangkan teologinya. Sehingga kadang-kadang teologi-teologi mereka bukan teologi yang memberikan harapan tapi justru membingungkan.

Begitu juga pengenalan akan Bait Allah dan ibadah-ibadah yang tercermin dalam kehidupan agama Yahudi pada abad pertama Masehi. Hal inipun menyadarkan bagi kita bagaimana mereka menempatkan Bait Allah sebagai tempat pertemuan mereka dengan Allah, sehingga bangunan-bangunannya pun dibuatnya semegah mungkin. Tapi itu kembali lagi bagaimana kita memaknainya.

Yang hendak saya katakan; bahwa melalui pengantar ini kita mempunyai sumber yang jelas yang dapat memberi petunjuk dalam memahami PB dengan baik dan benar.

4. Masalah-masalah Pokok Yang Hidup di Palestina Pada Abad Pertama Masehi
Bagian ini merupakan pembahasan bagaimana, dan apa maksud, tujuan dan peran Allah dalam hidup ini. Hal ini terlihat dari pendapat yang berbeda dalam menyikapi maksud dan peranan Allah dalam dunia yang penuh dengan pergumulan hidup. Pendapat-pendapat di kalangan orang Yahudi berbeda mengenai kehadiran Allah tersebut. Lalu kemudian penulis juga memberikan penjelasan bagaimana sikap dan pemahaman sebagai suatu keyakinan dan harapan mereka tentang masa depan serta masa depan yang penuh kemuliaan dan harapan-harapan tersebut sudah jelas diuraikan.

5. Paulus Dan Dunia Masa Hidupnya
Banyak ahli yang mengatakan bahwa teologi Paulus sangat memegang peranan yang penting akan berdirinya gereja-gereja Reformasi. Hal ini tampak dari inspirasi theologies yang dialami oleh Luther dan para anggota gereja reformis yang lain yang mendasarkan teologinya pada teologi Paulus. Sebenarnya gereja Katolik juga mendasarkan pemahamannya kepada teologi Paulus, akan tetapi dalam pelaksanaannya kemudian karena penyatuan unsure agama dan Negara dalam romantisme kekuasaan membuat pembelokan terhadap teologi Paulus.

Oleh karena itu tepatlah buku ini mengangkat sejarah perjalanan dan pelayanan yang dilakukan oleh Paulus. Selian itu pengenalan akan medan dan tantangan yang dihadapi oleh Paulus dalam hal ini akan sangat menolong kita dalam memahami perkembangan teologi Paulus yang kini menjadi dasar dogma dalam gereja.

Secara umum saya hendak melihat bahwa upaya penulis buku ini adalah membantu kita secara lebih detail dan dekat mengenal dunia di mana pawahyuan pertama dan tempat pewahyuan itu disiarkan secara lebih benar dalam konteks zamannya.

PERDEBATAN DI SEPUTAR KEBANGKITAN YESUS

Perdebatan-perdebatan di sekitar kebangkitan Yesus :
  • Holtzmann (1911) pada abad ke 20 sebagai latar belakang teologi modern yang merupakan sebuah bentuk pendekatan liberal, menganggap bahwa kebangkitan bukanlah suatu peristiwa yang histories, melainkan sebuah halusinasi dalam pikiran Petrus yang juga menjadi penyebab munculnya halusinasi yang sama dalam pikiran para murid yang lainnya, sehingga kebangkita hanya terjadi dalam pikiran orang-orang yang mempercayai.
  • Pada akhir abad 20 terjadi terjadi perubahan pada pendekatan di atas oleh Weis dan Wrede. Weis berpendapat bahwa kesadaran Yesus sebagai Mesias dipengaruhi oleh Apokaliptik Yahudi sehingga pandangan liberal mengenai Yesus dalam sejarah menjadi tidak relevan lagi untuk orang-orang modern. Sedangkan Wrede menciptakan sebuah teori yang mengatakan bahwa sesudah kematian Yesus, murid-muridnya memikirkan dia sebagai penebus yang akan muncul kembali sehingga mengharuskan timbulnya keparcayaan akan kebangkitan, dan kepercayaan itulah yang membawa pandangan bahwa Yesus adalah Mesias. Bagi Wrede dan Weis kebangkitan bukanlah peristiwa yang betul-betul terjadi tetapi merupakan hasil imajinasi jemaat. Demikian juga dengan Injil Matius, menurutnya Injil tersebut adalah suatu usaha untuk menjelaskan kehidupan Yesus dari sudut pandang akan kebangkitan, karena itu apa yang disebut sebagai bukti dari kebangkitan secara otomatis dianggap sebagai catatan yang tidak bernilai seharah. Pandangan ini juga ternyata dikemudian hari memberi kesan kepada Bultman.
  • Pandangan lain yang muncul pada masa itu juga, yang mengemukakan pandangan yang lain. Kahler (1896) berpendapat bahwa berita PB harus dimengerti dengan memberi tempat yang paling penting kepada Kristus yang bangkit, pandangan ini bertentangan dengan yang melihat kristus dari sisi kemanusiaannya saja. Bagi Scheweitzer kesimpulan bahwa Yesus telah diperdaya, yaitu bahwa peristiwa kebangkitan hanya dapat dijelaskan bila Yesus telah bangkit dalam manusia.
  • Bart (1933) menganggap kebangkitan sebagai contoh yang paling nyata mengenai campur tangan Ilahi dalam sejarah manusia. Bart melihat permasalahan ini dari sudut penyataan Allah. Pandangan lain yang bertentangan dengan itu adalah Bultman yang sama sekali menolak kebangkitan Kristus yang benar-benar terjad, karena hal tersebut tidak dapat didemonstarsikan dengan menggunakan metode-metode sejarah yang ilmiah. Atau dengan kata lain Bultman membatasi dirinya pada kemanusiaan.
  • Fuchs (1956) seorang murid Bultman tentang kemungkinan untuk percaya akan kebangkitan Yesus hanya apabila seseorang berani mencontoh Yesus dan menerima karunia Allah sebagai kehendak Allah yang benar dan tekun dalam dalam hal ini bahkan sampai mati. Pandangan ini memusatkan pada kepercayaan akan kebangkitan tetapi bukan pada kebangkitan itu sendiri.
  • Bornkam (1960) menentang pandangan Bultman. Ia mengakui bahwa Allah sendiri telah campur tangan dna merebut Yesus orang Nasaret dari kuasa kematian, sehingga ia tidak ragu-ragu mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi dalam sejarah.
  • Marxsen (1986) dengan pemikiran yang agak berbeda, yaitu dengan bertitik tolak dari pemberitaan kerygma yang merupakan dasar bagi orang-orang percaya. Ia juga menganggap bahwa bahwa kebangkitan bukan peristiwa yang sungguh terjadi tetapi sebagai suatu tanda bahwa kebangkitan Yesus memiliki arti sebagfai penyokong.
Beberapa teks Alkitab yang menunjukkan Yesus sebagai anak Allah :
  1. Dalam surat rasul Paulus, I kor, 15:3 perikop ini dianggap sebagai fakta-fakta Injil yang mendasar dan mengakui bahwa daftar penampakan diri Yesus membuktikan fakta kebangkitannya.
  2. Roma 1:4
  3. Ibrani 1:3 menunjukkan anak Allah yang sekarang ditinggikan pada kedudukannya disebelah kanan yang mahabesar ditempat yang maha tinggi.
  4. Lukas 24:39-43,
  5. Yohanes 20:27
  6. I Tesalonika 1 : 10

TEORI SOSIAL ARISTOTELES



ARISTOTELES
Komunitas Sipil
…seorang organisatoris yang teliti dan ingin menjernihkan konsep-konsep kita…

A. Pendekatan Aristoteles
Aristoteles adalah seorang filsuf dan ilmuwan yang lahir di Macedonia. Ia menjadi murid dari Plato (mengikuti akademi Plato di Athena), selama dua puluh tahun. Ayahnya adalah seorang dokter yang sangat ternama pada zamannya, ini juga memegang peranan yang mempengaruhi pola fikir Aristoteles. Filsafat Aristoteles bersifat naturalistis dan teleologis. Disebut naturalistis karena focus perhatiannya adalah pada perubahan-perubahan alam atau yang kita kenal dengan proses alam. Disebut bersifat teleologis karena dia percaya bahwa segala perubahan-perubahan atau proses alam ini memiliki tujuan, dan ia berfokus pada pencapaian tujuan ini.

Kita dapat menemukan bahwa filsafat Aristoteles sebenarnya merupakan kritik atas filsafat Plato yang adalah gurunya. Plato yang beranggapan bahwa dunia inderawi adalah dunia yang fana dan akan hancur dimakan waktu, oleh karena itu tentulah ada dunia yang tidak akan lekang oleh waktu, dunia ini diperkenalkan oleh Plato dengan istilah dunia Ide. Contohnya; kita melihat seekor kuda, tentu kita tahu bahwa kuda Indonesia berbeda dengan kuda Eropa, namun bagaimanapun perbedaan itu, setiap kali kita berjumpa dengan kuda kita akan tahu bahwa itu adalah kuda. Hal ini berarti ada kuda ide yang sempurna yang menjadi patokan kita dalam memahami kuda-kuda yang fana. Aristoteles menganggap bahwa Plato telah membolak-balik cara berfikir yang benar. Kalau Plato beranggapan bahwa kuda Ide ada lebih dulu ketimbang kuda indra, maka Aristoteles justru menyadari bahwa kuda indralah yang menyebabkan munculnya kuda ide. Kita melihat kuda, mengidentifikasinya dan kemudian merekamnya, sehingga ketika kita bertemu dengan kuda yang lainnya, sekalipun ada perbedaan, rekaman kita tadi akan memberi keputusan bahwa itu adalah kuda. Dengan demikian Aristoteles hendak mengatakan bahwa kuda ide dan kuda nyata tidak dapat dipisahkan, sebab kuda ide adalah ciri khas dari kuda nyata. Apakaitan antara pokok bahasan kita? Seperti kami katakan bahwa Aristoteles yakin bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengelompokkan berdasarkan kategori-kategori dan ini dimungkinkan karena manusia memliki akal. Akal inilah yang akan menuntun kita pada pemberian nilai-nilai dalam masyarakat nantinya. Ingat bahwa bukan nilai yang pertama muncul (ide tentang kebenaran, keadilan, dll), melainkan pengalaman indrawi yang akan memacu akal untuk mengklasifikasikan sesuatu sebagai kebaikan, keadilan, dll. Aritoteles berpendapat ada tiga bentuk kebahagiaan :

  1. Hidup senang dan nikmat
  2. Menjadi warga Negara yang bebas dan bertanggungjawab
  3. Menjadi seorang ahli pikir dan filosof.

Ketiga criteria ini harus ada pada saat yang sama, ia menolak akan ketidak seimbangan yang diakibatkan ekstrim-ekstrim tertentu, maksudnya ia melihat keberanian sebagai sebuah bentuk kebahagiaan diantara ekstrim membabi buta dan ekstrim pengecut. Jelas bahwa pendekatan Aristoteles didasarkan pada metode kesehatan Yunani, yang menekankan hidup seimbang dan sederhana sebagai pola hidup yang sempurna dan menolak pola hidup yang berlebihan dan berkekurangan.

B. Teori Aritoteles Mengenai Manusia
Pendekatan Aristoteles tadi yang menekankan keseimbangan disebut dengan “teori jalan tengah”. Salah satu proyek Filsafat Plato adalah membereskan “kamar alam raya”. Ia mengelompokkan segala sesuatu pada bagiannya yang tepat. Misalnya Liskwin adalah mahluk hidup, lebih khusus lagi binatang, bertulang belakang, mamalia dan menyusui serta memiliki akal, lebih khususnya manusia, lebih khusus lagi manusia betina (perempuan). Pengelompokan-pengelompokan ini akan membantu manusia untuk pembagian kerja yang nantinya akan kita lihat dalam konsep Negara.

Baginya segala sesuatu memiliki potensi untuk mencapai tujuannya. Sama halnya dengan manusia yang bagianya memiliki sifat-sifat kebinatangan, hanya saja kelebihan manusia adalah manusia memiliki akal praktis yang berfungsi untuk mengontrol nafsu (dorongan-dorongan non-rasional) dan akal teoritis yang merupakan kemampuan memahami apa yang berlangsung dalam alam semesta dan memahami operasi-operasinya. Pada taraf tertentu nafsu manusia bersifat social, misalnya nafsu seks, tidak akan dapat terpenuhi secara sempurna tanpa adanya interaksi dengan pasangannya (wanita). Keperluan manusia untuk berinteraksi, bersahabat dll, merupakan nafsu social yang ada dalam manusia. Jelas bahwa sekalipun semua manusia memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan (dalam hal ini keseimbangan), akan tetapi tokh tidak semua dapat berhasil, hanya segelintir saja yang dapat sampai pada pemenuhan materil dan spiritual yang cukup.

C. Teori Aristoteles tentang Masyarakat.
Nafsu social manusia tadi akan mendorong manusia untuk saling mengadakan interaksi satu dengan yang lainnya. Bagi Aristoteles persahabatan adalah norma yang akan menjadi pengikat relasi tersebut, sedang kasih sayang akan menjadi ukuran bagi interaksi tersebut sehingga tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran. Ia juga melihat bahwa ikatan keluarga adalah bagian terkecil dari sebuah masyarakat. Ikatan keluarga ini akan membentuk ikatan yang lebih besar lagi yaitu desa dan kemudia menjadi kota lalu Negara. Akan tetapi yang ideal bagi Aristoteles adalah kota. Sebab baginya interaksi harus senantiasa berlangsung secara berhadap-hadapan. Karena itu Negara yang sudah menjadi komunitas masyarakat yang terlalu besar akan menyulitkan terciptanya relasi seperti ini. Ia melihat potensi manusia tadi sebagai sebuah dasar kesetaraan, sehingga semua individu dalam masyarakat bergerak dalam tujuan yang sama untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama dengan menggunakan potensi masing-masing individu.
Aristoteles menggolongkan masyarakat dalam beberapa tipe politik :
  1. Monarkhi (satu orang yang memerintah demi kepentingan polis) ≠ Tirani
  2. Aristokrasi (segelintir orang memerintah dengan cara yang sama dan demi tujuan polis) ≠ Oligarkhi
  3. Politeia (pemerintahan banyak orang untuk tujuan yang sama) ≠ Demokrasi

D. Implikasi Praktis
Ide Aristoteles tentang masyarakat polis yang didasarkan pada ikatan persahabatan dan kemudian di ukur dengan nilai kasih saying. Tentu saja ini dapat dicapai jika pemahaman Aristoteles akan semua manusia bahkan segala sesuatu memiliki potensi untuk mencapai tujuan juga dapat kita terima bersama. Pemahaman ini nantinya akan mengembangkan sikap memandang orang lain setara dengan kita dan tidak ada yang lebih tinggi, yang membedakan hanyalah pembagian tugas, yang merupakan penggolongan berdasarkan potensi individu masing-masing.

Dalam kaitannya dengan pembangunan Jemaat ide Aristoteles dapat disejajarkan tentang ide orang Samaria yang murah hati yang di kisahkan oleh Yesus. Ide kesetaraan yang melihat semua manusia memiliki potensi, oleh karena itu kita sama dan juga melihat status social hanyalah konsekwensi pembagian tugas dan bukannya sekat pembawaan lahiriah. Pola pandang ini juga akan membantu kita sebagai pemimpin dalam jemaat untuk menemukan potensi pada diri anggota jemaat, dan tentunya tidak menganggap anggota dewan lebih tinggi dari tukang kayu, sebab jabatan mereka hanyalah implikasi praktis dari potensi masing-masing.

E. Kritik
Bagaimanapun Aristoteles mamahami manusia sebagai manusia yang memiliki potensi, dan karena itu adalah setara, namun ia memiliki pandangan yang khas mengenai perekpuan. Baginya perempuan adalah laki-laki yang tidak sempurna. Dalam kaitannya dengan hubungan seksual, laki-laki cendrung represif sedang wanita hanya menerima. Dalam hal ini laki-laki dipandang sebagai pembawa benih (sifat-sifat dan cirri khas), sedang wanita hanyalah ladang yang merupakan tempat tumbuh benih, namun tidak memberikan sumbangsih cirikhas atau sifat-sifatnya.
Jelas pandangannya ini sangat dipengaruhi oleh budaya Patriakhal dan analisa medis. Hal ini penting untuk dikritik, karena pandangannya inilah yang kemudian diwarisi oleh gereja selama berabad-abad.

SEPINTAS SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM


I. DUNIA TEMPAT LAHIRNYA ISLAM
Semenanjung Arab yang merupakan tempat lahir dan berkembangnya agama Islam, pada awalnya berada dalam zaman yang diberi istilah oleh kaum Muslim sebagai zaman Jahiliyah[1]. Semenanjung Arab yang terkenal karena kekayaannya, pada masa sebelum kelahiran Muhammad saw, sebenarnya masih berada pada pengaruh primitive, politheisme, dan perang antar suku yang tidak berkesudahan.[2]

Salah satu tradisi politheisme yang dapat dikatakan menjadi salah satu factor perkembangan dunia Arab pada waktu itu adalah tradisi Haji. Suku-suku yang menganut kepercayaan politheisme bersama-sama mengadakan perjalanan spiritual untuk menyembah batu yang dianggap memiliki kekuatan suci. Salah satu pusat peribadatan batu adalah di Mekkah, tempat Hajar Aswad (Batu Hitam).[3] Selain batu hitam ini, tiap-tiap suku juga terkadang membawa patung-patung sesembahan mereka kedalam tempat peribadatan tersebut dan menyembahnya bersama-sama dengan suku-suku yang lainnya. Selama musim haji berlangsung dilakukan perjanjian damai, dimana semua suku tidak boleh saling mengangkat senjata terhadap suku yang lainnya. Selain itu didirikan juga pasar-pasar untuk mengadakan transaksi-transaksi perdagangan antara suku-suku yang datang beramai-ramai. Suku yang diberikan hak istimewa untuk mengatur pelaksanaan ini adalah suku Quraisy, suku nabi Muhammad saw.

Muhammad lahir sekitar tahun 570M di Mekkah sebagai seorang keluarga Bani Hasyim dari keluarga Quraisy. Ia telah kehilangan orang tuanya pada masa awal kehidupannya (ayahnya telah meninggal sebelum kelahirannya), dan ia kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Sebagaimana kebanyakan penduduk Mekkah, Muhammad muda menjadi seorang pedagang dan kemudian bertemu dengan Khadijah yang merupakan majikannya, tetapi kemudian menjadi istrinya.[4]

Muhammad muda sendiri sering melakukan perjalanan spritual dan perenungan-perenungan atau meditasi. Perkembangan suku Quraisy dan Mekkah dari sekedar desa kecil menjadi sebuah kota Metropolitan, tentu saja membuat banyak perubahan besar yang dialami oleh Muhammad. Nilai-nilai luhur masyarakat suku yang ikatan kekeluargaannya dulu sangat kuat dan bahkan menjadi dasar interaksi bagi orang-orang di Mekkah, perlahan-lahan mulai bergeser. Dasar kekeluargaan tidak lagi menjadi hal yang mengikat, melainkan relasi bisnis dan keuntungan semata yang menjadi dasar dari setiap relasi yang dibangun. Perubahan besar dari desa menjadi sebuah kota metropolitan dan dari masyarakat nomaden menjadi masyarakat civil membawa dampak yang besar dalam diri Muhammad muda. Selain itu interaksinya dengan banyak orang, diantaranya orang Yahudi dan orang Kristen. Perjumpaan dan dialog yang terjadi diantara mereka membuat Muhammad bertanya-tanya akan posisi bangsa Arab dalam hubungannya dengan Tuhan. Kemerosotan moral sukunya membuat dia semakin heran, apakah memang Tuhan tidak lagi mempedulikan bangsa Arab. Tentu saja ide tentang Tuhan yang diusung oleh Muhammad bukanlah tuhan dalam kaitannya dengan politheisme, melainkan Tuhan yang berkaitan dengan Monotheisme yang dikenal oleh orang Yahudi dan Kristen. Mengapa tidak ada Nabi atau kitab suci secara khusus bagi bangsa Arab. Dan pertanyaan-pertanyaa lainnya menjadi bahan perenungan Muhammad di dalam goa Hira.

Meditasi yang dilakukan Muhammad dalam goa Hira ternyata tidak sia-sia. Pada umur kira-kira empat puluh tahun, ia mendengar suara gaib yang berbunyi :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al-Qur’an surah 96 Al’Alag)[5]

Pernyataan atau ajaran pertama yang disampaikan oleh Muhammad didominasi oleh satu pikiran tunggal, dia menegaskan bahwa menumpuk kekayaan pribadi adalah salah, dan adalah suatu kebaikan bila membagi kekayaan dan menciptakan menciptakan masyarakat yang mencintai warganya yang lebih lemah. Itulah inti ajaran baru yang disebut Qur’an (bacaan) karena hampir sebagian besar pengikutnya pada awal diturunkannya wahyu adalah buta huruf, termasuk Muhammad sendiri, maka wahyu itu selalu diturunkan kepada Muhammad ayat demi ayat dan dibacakan dimuka umum.

Ajaran yang dikembangkan membawa perubahan bagi masyarakat Mekkah dan suku Quraisy secara khusus. Madzhab baru ini kemudian dinamai Islam (berserah diri) dan para pengikutnya disebut Muslim, yaitu orang yang menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah dan menaati perintah-Nya agar umat manusia memperlakukan satu sama lain dengan keadilan, persamaan dan perasaan kasih sayang. Sikap inilah yang kemudian menjadi dasar dari posisi sujud dalam setiap ibadah (shalat) yang harus dilakukan tiga kali sehari (kelak akan meningkat menjadi lima kali sehari). Sujud dilakukan untuk melawan arogansi dan sikap mementingkan diri sendiri yang dengan cepat berkembang di Mekkah. Muhammad percaya bahwa sikap badan mereka akan mendidik kembali umat Islam, mengajarkan mereka untuk mengesampingkan sifat egois, dan mengingatkan mereka bahwa di depan Tuhan semua itu tidak ada artinya atau dengan kata lain semua manusia sama.

II. MUHAMMAD SANG NABI
Kehadiran Muhammad saw bagi bangsa Arab secara umum dan suku Quraisy secara khusus merupakan berkah yang luar biasa. Namun bagi segelintir orang di Mekkah, kehadiran Muhammad merupakan ancaman yang – awalnya tidak terlalu diperhatikan – cukup serius bagi kedudukan mereka sebagai para tokoh masyarakat. Kekhawatiran akan peran Muhammad yang pada masyarakat Mekkah mulai dirasakan cukup kuat. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan ajaran yang diusung oleh Muhammad lebih berpihak pada kesamaan dan keadilan bagi segenap umat manusia – terbukti dari jumlah pengikut awal Muhammad yang sebagian besar orang-orang miskin – yang sudah mulai terkikis dari kehidupan masyarakat Mekkah. Akan tetapi Islam juga ternyata memiliki kekuatan dan pesona tersendiri dalam menarik para pengikutnya, antara lain Umar Ibnu Khaththab, sebelumnya ia merupakan salah seorang pengikut aliran penyembah berhala yang sangat taat dan sangat menentang ajaran-ajaran yang dibawakan oleh Muhammad. Tetapi dia juga seorang ahli puisi Arab, dan ketika ia pertama kali mendengar kata-kata al-Qur’an, dia menjadi terpesona oleh keindahannya yang luar biasa.[6]

Semakin besarnya pengaruh Muhammad membuat beberapa tokoh masyarakat di Mekkah bersatu untuk mengusir Muhammad. Sejak tahun 616M orang-orang tersebut menjadi sangat marah kepada Muhammad, yang mereka katakan telah mencerca keyakinan orang tua mereka, mereka juga mengatakan bahwa Muhammad hanyalah seorang tukang obat yang berpura-pura menjadi nabi. Kemarahan mereka sebenarnya didasarkan pada salah satu ajaran al-Qur’an yang menolak sikap menumpuk harta, melainkan harus mensedekahkannya kepada orang-orang yang miskin. Baru saja mereka merasakan perkembangan ekonomi yang melanda Mekkah akibat peran strategis mereka sebagai penyelenggara Haji, mereka kemudian diperhadapkan dengan ajaran yang melarang mereka untuk menumpuk harta. Mereka menjadi sangat khawatir akan potensi Muhammad untuk mengambil alih kepemimpinan di Mekkah.

Pertentangan ini semakin membesar. Muhammad yang telah memperoleh kurang lebih tujuh puluh kepala keluarga harus berhadapan dengan embargo yang memboikot segala sendi kehidupan Muhammad dan ke-70 keluarga yang menjadi pengikutnya. Musuh-musuh Muhammad melarang orang-orang Quraisy untuk menikah dan mengadakan perdagangan dengan orang-orang Muslim, ini berarti tidak ada yang dapat mengirim makanan kepda mereka. Embargo ini berlangsung selama dua tahun, akibat dari embargo ini adalah kekurangan makanan yang sangat parah sehingga menjadi penyebab meninggalnya istri Muhammad, Khadijah. Para budak yang memilih masuk Islam diperlakukan dengan sangat buruk, diikat dan dibiarkan terbakar oleh sinar matahari sampai mati. Ini mengingatkan kepada kita tentang penganiayaan yang terjadi pada umat Kristen mula-mula yang juga mengalami penganiayaan yang sangat hebat.

Sekalipun memasuki tahun kedua penindasan terhadap umat Muslim di Mekkah telah membuat hampir sebagian besar umat melarikan diri, namun hal ini tidak membuat Muhammad memutuskan untuk pindah dari Mekkah. Rasa ikatan dan kesetiaan yang kuat terhadap sukunya Quraisy membuat Muhammad bertahan. Akan tetapi pada tahun 622M, Muhammad mengambil sebuah langkah yang sangat revolusioner dan menjadi sebuah awal tongak sejarah perkembangan Islam. Peristiwa ini dikenal dengan istilah Hijrah, berpindahnya Muhammad dan para pengikutnya dari Mekkah ke Yatsrib, yang dikemudian hari disebut Medinah (kota Nabi). Kepindahan Muhammad tentu saja bukan semata-mata disebabkan oleh tekanan yang dihadapinya. Pendekatan yang dilakukan oleh para pemimpin suku Yatsrib pada musim Haji tahun 620, meminta kepada Muhammad untuk memjadi pemimpin dari sebuah kota yang merupakan perkumpulan dari beberapa suku yang telah meninggalkan pola hidup nomaden dan tinggal menetap merupakan tawaran yang tepat pada waktunya. Hal ini merupakan pilihan yang paling bijak ketika paman dan sekaligus pelindung (wali) Muhammad, Abu Thalib meninggal dunia. Sistem balas dendam yang berlaku di Arab pada waktu itu memungkinkan bagi musuh-musuh Muhammad untuk membunuhnya tanpa adanya hukum yang dapat menjerat mereka. Sebab bagi Muhammad yang telah kehilangan wali satu-satunya maka ia dapat dibunuh tanpa adanya hukuman bagi si pembunuh. Jalan yang lain bagi Muhammad adalah dengan mencari wali pada salah satu ketua suku di Mekkah, namun tampaknya ini adalah hal yang mustahil untuk dilakukan.

III. MEDINAH, SEBUAH SUKU SUPER
Hijrah nabi Muhammad dari Mekkah ke Yatsrib menjadi sebuah tongak sejarah yang kemudian menjadi awal perkembangan yang sangat luar biasa dalam dunia Islam. Hijrah ini tidak hanya berpengaruh secara theologis, namun memberi pengaruh pada aspek sosial budaya dan politik. Dengan hijrahnya Muhammad ke Yatsrib, maka ia dapat menerapkan tujuan al-Qur’an sepenuhnya. Pada masa itu, ikatan kesukuan memiliki nilai suci dan sakral, keluarnya Muhammad dari Mekkah beserta dengan pengikutnya ke Yatsrib, merupakan sebuah bentuk pengkhianatan dan sekaligus penghinaan yang sangat besar bagi suku Quraisy. Mereka bersumpah untuk menghancurkan dan memusnahkan umat di Yatsrib. Yatsrib sendiri memiliki peran yang sangat penting, di sini Muhammad menjadi pemimpin dari suku yang terbentuk bukan didasarkan pada ikatan darah, melainkan pada persamaan ideologi. Muhammad tidak memaksakan penduduk di Yatsrib untuk memeluk agama Islam. Muhammad bahkan mencetuskan aturan-aturan yang mengatur ketertiban hidup penduduk Yatsrib yang majemuk dan terdiri dari berbagai latar belakang agama dan ras serta suku yang berbeda-beda. Kesetaraan dan keadilan menjadi nilai luhur yang sangat dijunjung tinggi. Hukum yang mengatur mereka menjadi sebuah ikatan yang dikenal dengan istilah masyarakat kemudian disebut sebagai “Piagam Madinah”.

Tindakan awal yang dilakukan oleh Muhammad ketika tiba di Yatsrib adalah membangun sebuah Masjid, yang dalam arti harfiahnya “tempat sujud”. Di bagian luar dari bangunan ini terdapat halaman yang menjadi tempat ummat bertemu untuk mendiskusikan berbagai hal, mulai dari agama, politik, sosial dan berbagai hal lainnya. Di pojok halaman terdapat sebuah gubuk yang merupakan tempat tinggal bagi Muhammad dan istri-istrinya. Seperti kita ketahui bersama bahwa salah satu kritikan Barat terhadap Muhammad adalah poligami yang dilakukannya, bahkan sampai sekarang menjadi dasar yang sangat kontroversial bagi pelaksanaan poligami di saman modern. Akan tetapi jika kita mencoba memahami lebih jauh lagi tentang keputusan Muhammad untuk berpoligami, mungkin kita akan memandangnya secara lebih objektif dan terbuka. Muhammad bukanlah seorang pecandu seks, seperti yang dituduhkan para orientalis Barat kepadanya. Hal ini terbukti dari pernikahan Muhammad dengan Khadijah istri pertamanya. Muhammad hanya menikah dengan satu orang (monogami) ketika ia masih tinggal di Mekkah, padahal waktu itu poligami bukanlah hal yang baru dan tabu atau salah untuk dilakukan. Muhammad baru berpoligami setelah ia Hijrah ke Yatsrib. Dimana ia menjadi pemimpin tertinggi dari kumpulan berbagai macam suku. Sebagai langkah mempererat persatuan diantara suku-suku tersebut, maka Muhammad mendukung pernikahan sebagai ikatan sosial dan ikatan kekeluargaan, itulah sebabnya sebagian dari istri-istrinya adalah anak dari kepala-kepala suku yang bergabung di Yatsrib. Selain itu banyak dari istri-istri Muhammad yang umurnya jauh lebih tua dan berasal dari kalangan tidak mampu atau sudah tidak punya pelindung lagi. Beberapa orang menganggap tindakan ini sebagai bentuk memberi perlindungan dan menyantuni orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Sangat jelas perbedaan motivasi poligami yang dilakukan oleh Muhammad dengan motivasi poligami yang dilakukan saman ini, namun sayang tindakan tersebut sering didasarkan pada keputusan yang dilakukan oleh Muhammad. Muhammad tidak memperoleh seorang anakpun dari pernikahannya, selain dengan Khadijah ia memperoleh enam orang anak, dua diantaranya meninggal dan empat yang bertahan hidup, semua anaknya adalah perempuan – hal inilah yang dikemudian hari menjadi masalah yang cukup pelik tentang siapa pewaris ke-nabian dan kepemimpinan Muhammad – dan tidak seorangpun berasal dari istri-istri yang dinikahinya di Medinah. Al-Qur’an mengisinkan Poligami karena didasari situasi sosial yang terjadi sebagai dampak dari peperangan yang terjadi antara Medinah dengan Mekkah, dimana peperangan ini menewaskan banyak laki-laki Muslim dan menyebabkan banyaknya wanita yang ditinggalkan tanpa pelindung. Hal ini mendasari diisinkannya poligami dalam al-Qur’an selama laki-laki mampu memperlakukan mereka dengan adil dan tidak menyayangi yang satu lebih dari pada yang lain.

Muhammad sangat tertarik untuk membangun kerjasama dengan suku-suku Yahudi yang ada di Mekkah. Ia sangat menghargai umat Yahudi dan Kristen yang disebutnya sebagai ahlul kitab. Dia memandang mereka sebagai sesama penganut monoteisme – mereka lebih dahulu menerima wahyu – yang hanya menyembah Tuhan yang Maha Esa. Salah satu langkah Muhammad untuk menunjukkan keseriusannya dalam menjalin hubungan dengan suku Yahudi adalah dengan memperkenalkan Shalat berjamaan pada jumat siang, dimana orang-orang Yahudi sedang mempersiapkan diri untuk memasuki hari sabtu (sabbath) atau hari perhentian. Sebenarnya Muhammad ingin mendapat pengakuan dari para penempuh dan penerima jalan monotisme yang lebih dahulu sebagai seorang nabi. Akan tetapi bagi orang Yahudi zaman kenabian sudah berakhir, sehingga tentu saja mereka menolak Muhammad sebagai seorang nabi yang baru. Penolakan suku Yahudi ini membuat Muhammad menjadi sangat terluka, ditambah lagi dengan ketidaksukaan tiga suku besar Yahudi yang ada di Medinajh saat itu. Kehadiran dan pengaruh Muhammad, entah bagaimana membuat mereka sangat tersinggung dan direndahkan sehingga mereka membentuk sebuah blok yang berencana untuk menghancurkan Muhammad bahkan sebelum Hijrahnya ummat ke Medinah. Akan tetapi tidak semua suku Yahudi yang tinggal di Yatsrib memusuhi Muhammad, beberapa kabilah kecil bahkan membangun hubungan yang cukup kuat dengan mereka – kemungkinan dari merekalah Muhammad dikemudian hari dapat mengetahui rencana pemberontakan tiga suku Yahudi tadi – bahkan Muhammad banyak menerima bantuan dalam memperdalam pengetahuannya mengenai kitab Yahudi. Salah satu kisah yang sangat digemarinya – dikemudian hari menjadi sebuah inspirasi bagi penentuan peran ummat Islam dalam sejarah penyelamatan dan karya Allah – adalah tentang Nabi Ibrahim yang memiliki dua orang anak. Salah satunya adalah Ismael, anak dari salah seorang budaknya Hajar. Kisah pengusiran Ismael dan ibunya Hajar serta kisah tentang janji Allah kepada Hajar, bahwa anaknya akan menjadi leluhur dari bangsa yang besar yaitu Arab merupakan nyanyian yang sangat indah bagi Muhammad. Ismael dan Hajar yang dibuang ke jasirah Arab ternyata masih memungkinkan bagi Ibrahim untuk mengunjungi anak dan istrinya dan membangun relasi dengan mereka. Tradisi Ibrahim yang dikenal dengan tradisi mezbah (kemanapun Ibrahim pergi dan tiba di suatu tempat, maka ia akan segera membangun sebuah mezbah untuk menyembah Tuhan), ternyata diajarkan juga kepada anaknya Ismael, bersama-sama mereka membangun kembali Ka’bah (mezbah yang pertama kali didirikan oleh Adam, tetapi kemudian dibiarkan rusak). Mendengar kisah ini, Muhammad menjadi sangat bahagia sebab jelas bangsa Arab sama sekali tidak disisihkan oleh Allah, sedangkan Ka’bah adalah bagian dari sejarah monoteistik bangsa Arab yang bahkan sama tua dengan tradisi Yahudi, oleh karena itu Ka’bah harus dimuliakan dan disucikan dari penyembahan berhala yang mencemarinya.

Pada bulan januari tahun 624, Muhammad melakukan sebuah perubahan yang sangat dirasakan oleh umat Muslim kini, perubahan ini adalah berpindahnya arah Kiblat. Selama ini arah Kiblat atau sujud adalah ke Jerusalem sebagai tempat pertama turunnya monoteisme, kini berubah arah ke Mekkah tempat Ka’bah berada sebagai bukti sejarah karya Allah bagi bangsa Arab. Perubahan ini sangat penting, sebab dengan begitu Muhammad menunjukkan bahwa mereka tidak lagi mengekor pada monoteisme Yahudi atau Kristen melainkan pada monoteisme murni Ibrahim yang telah mengenal Allah yang Esa sebelum kitab Taurat dan Injil diturunkan. Dengan demikian umat Islam akan berjalan ke arah Allah dengan jalannya sendiri.

Ummat muslim yang hijrah bersama-sama dengan Muhammad dikenal dengan sebutan kaum Muhajirin, tidak berprofesi sama seperti suku-suku yang terlebih dahulu tinggal di Yatsrib, mereka bukanlah petani melainkan para pedagang dan pengusaha. Oleh karena itu mereka dibantu oleh penduduk Yatsrib dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Muhammad sadar bahwa hal tersebut tidak dapat terus dilakukan sekalipun masyarakat di Yatsrib melakukannya dengan senang hati. Oleh karena itu kaum Muhajirin melakukan ghazwu atau penyerbuan. Penyerbuan ini dilakukan kepada kafilah atau rombongan-rombongan dari suku musuh dan bertujuan untuk merampas bahan makanan mereka. Sedapat mungkin dalam hal ini dihindari pertumpahan darah sebab hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya aksi balas dendam. Akibat ghazwu yang dilakukan oleh para Muhajirin, maka seringkali terjadi peperangan antara Mekkah dan Medinah, selain itu orang-orang Mekkah juga sudah bertekad untuk menumpas para ummat di Medinah. Beberapa perang diantaranya adalah Perang Badar, Perang uhud, Perang Khandaq, dan lain-lain. Niat nabi Muhammad saw untuk menciptakan perdamaian di Arab menjadi nyata ketika ia melakukan sebuah langkah inisiatif untuk menyudahi konflik. Pada tahun 628M bulan Maret, ia melakukan perjalanan haji pertamanya setelah hijrah. Bersama dengan seribu ummat Muslim yang lain mereka berjalan ke Mekka menggunakan pakaian tradisional hahi, yaitu kain putih dan tanpa membawa senjata. Tindakan ini sama saja dengan menyerahkan nyawa kepada musuh, namun Muhammad sadar akan peran suku Quraisy sebagai penyelenggara haji yang harus melindungi siapapun yang ingin melaksanakan ibadah haji. Jika kaum Quraisy menyerang Muhammad dan pengikutnya maka mereka akan menuai kritik dari suku-suku lainnya. Akan tetapu suku Quraisy tetap mengirimkan pasukan dan berusaha mencegat ummat Muslim dan Muhammad di perbatasan, sebab sebelum memasuki daerah perbatasan nyawa mereka belum dijamin. Untunglah Muhammad telah membangun ikatan dengan beberapa suku Badui di sekitar perbatasan yang akhirnya menolongnya menemukan jalan yang aman ke Mekkah. Hasil dari unjuk rasa damai ini adalah penandatanganan perjanjian damai oleh kedua belah pihak. Perjanjian damai ini tidak disukai oleh sebagian anggota dari kedua kelompok. Sebagian ummat yang merasa sudah diatas angin dan menginginkan kemenangan dengan cara tradisional yaitu dengan jalan penaklukkan secara militer merasa dipermalukan dengan perjanjian damai ini. Namun Muhhammad sudah bersikeras untuk membangun perdamaian di Arab.

Pada tahun 630 suku Quraisy melanggar perjanjian tersebut dan menyerang salah satu suku yang merupakan sekutu nabi. Pelanggaran ini membuat nabi melakukan parade dengan berkekuatan 10.000 orang bersenjata lengkap ke Mekkah. Sadar akan kekuatan yang akan dihadapinya, akhirnya Mekkah menyerah tanpa syarat, Muhammad berhasil menaklukkan Mekkah tanpa adanya pertumpahan darah setetespun. Selain itu ia juga menyucikan Ka’bah dan membersihkannya dari patung-patung berhala dan menetapkan Ka’bah sebagai pusat ibadah kaum Monotheis semata dalam kaitannya dengan kisah nabi Ibrahim dan anaknya Ismael.

Muhammad wafat pada tahun 632 dan pada saat itu, kurang lebih 10 tahun sejak hijrahnya Muhammad, ia telah berhasil menyatukan suku-suku di Jasirah Arab dan melenyapkan lingkaran perang suku yang diakibatkan oleh hukum balas dendam yang tidak pernah berkesudahan. Dengan kata lain Muhammad telah membawa pencerahan dan perdamaian kepada suku bangsa yang selama ini berada dalam kegelapan dan kekerasan yang sepertinya tidak akan pernah berakhir.

IV. ZAMAN KHALIFAH, DAN DINASTI
Sejak wafatnya Muhammad, masyarakat Islam berada dalam suasana kebingungan siapa yang berhakn meneruskan kepemimpinan Muhammad sebab dia tidak pernah menunjuk siapa yang kelak melanjutkan kepemimpinannya. Seperti yang sudah saya tulis pada bagian sebelumnya bahwa Muhammad tidak memiliki seorang anak laki-lakipun semakin memperparah situasi ini. Dimulailah saman perpecahan di dalam Islam. Mulailah terbentuk kelompok-kelompok dalam Islam. Kelompok Sunni yang mendukung siapapun yang naik asalkan berdasarkan suara mufakat bertentangan dengan kaum Syiah yang hanya menginginkan kepemimpinan dipertahankan dengan jalur hubungan darah, sedangkan kaum Khawarij lebih ekstrim dengan menunjuk harus keturunan murni Muhammad yang boleh menjadi penerus kepemimpinan Muhammad. Pertikaian ini tidak pernah selesai bahkan sampai kini. Pertikaian ini bukanlah masalah yang sederhana, banyak jatuh korban, saling fitnah dan mengkafirkan terus terjadi sampai hari ini. Kaum Sunni dan Syiah tidak pernah mau duduk bersama, bahkan sampai sekarang mereka lebih memilih untuk bekerjasama dengan pihak lain ketimbang saling bekerjasama. Hal ini yang dimanfaatkan oleh Amerika untuk menghancurkan kekuasaan Saddam Husein yang berlatar belakang Sunni dengan bekerjasama dengan para kaum Syiah yang selama Saddam Husein berada dalam penindasan.

Setelah mengalami kepemimpinan 4 khalifah, Islam kemudian beralih menjadi bentuk dinasty yang semakin ditandai dengan semakin muluasnya daerah kekuasaan Islam di muka bumi. Kurang dari 20 tahun sejak kematian Muhammad, Islam telah berhasil menaklukkan 2 kekuatan besar dunia. Kekaisaran Byzantium dan Kekaisaran Persia. Bahkan peradaban Islam dikemudian hari memberikan sumbangan yang luar biasa bagi dunia. Ilmu pengetahuan, filsafat, medis, dan berbagai bidang yang lainnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan peradaban Islam.

Perkembangan dunia Islam yang begitu pesat, bahkan sampai menguasai duapertiga dari dunia ini, membuat terjadinya benturan-benturan dengan dunia Kristen. Benturan-benturan ini yang kemudian hari menjadi sejarah kelam umat beragama, yaitu “Perang Salib”.

V.TANGGAPAN KRITIS
Penulis mencoba untuk memaparkan tentang sejarah perkembangan umat Muslim sebagai sebuah upaya pemahaman yang didasarkan pada sejarah. Penulis yakin bahwa pengenalan yang benar akan sesuatu mesti didasarkan paling tidak dari pengetahuan yang benar akan sejarahnya.[7] Ada banyak kesalah pahaman yang muncul dalam kaitan antara dunia Islam dan Kristen yang sebenarnya jika kedua belah pihak sama-sama memahami akar budayanya, mereka dapat sampai pada kesimpulan bahwa mereka berasal dari atu produk yang tidak jauh berbeda. Bahwa mereka sama-sama mewarisi iman Abraham. Iman yang mengajarkan kepada umat manusia tentang kepercayaan kepada satu Tuhan.

Kalau kita lebih kritis lagi menilai lebih jauh, kita mungkin dapat sampai pada kesimpulan Allah yang disembah oleh Islam dan Allah yang disembah oleh Yahudi dan Kristen adalah Allah yang sama yang menyatakan diri-Nya kepada Abraham, Ishak dan Ismael, dan yang kemudian diperkenalkan lebih jauh dan secara lebih dekat oleh Yesus – terlepas dari fungsi Yesus sebagai Kristus – kepada bangsa Yahudi yang telah mengalami krisis moral. Statement ini tidak perlu terburu-buru untuk diberi tanggapan, inilah hanyalah sebuah tawaran sudut pandang yang lain dari konsekwensi logis dialog antar umat beragama, tentu saja dengan menggunakan metode-metode yang lebih berorientasi pada saling menghargai satu dengan yang lain. Sekali lagi bagi penulis, pengenalan yang benar akan sebuah objek akan sangat membantu kita dalam menentukan sikap terhadap interaksi yang akan kita bangun tersebut. Apakah sikap kita terhadap Islam adalah sikap yang anti terhadap mereka, ataukah sikap kita semestinya seperti orang Samaria yang sekalipun berbeda dalam hal suku dan sistem kepercayaan, namun tetap menolong orang yang sedang dalam kesulitan.

Dalam kesempatan ini penulis mencoba menggunakan metode “Passing Over” dalam proses membangun dialog dan interaksi terhadap dunia Islam. Selain itu sebuah etika dasar yang memandang manusia sebagai manusia terlepas dari status sosial yang terdapat pada dirinya. Cara pandang seperti ini akan sangat membantu kita untuk dapat bersikap seperti Yesus. Yesus tidak pernah merasa segan dan gentar terhadap siapapun, sekalipun kepada manusia yang dianggap oleh manusia yang lain memiliki kuasa atas kehidupan seseorang. Ia tidak gentar ketika berhadapan dengan Mahkama agama, atau dengan Pilatus dan Herodes. Ia juga tidak bersikap seperti masyrakat umum yang cendrung menolak orang-orang yang dicap sebagai “sampah masyarakat”, Ia malah bergaul dan berinteraksi dengan mereka. Ia berani mengatakan kebenaran sebagai sebuah kebenaran dan keselahan sebagai sebuah kesalahan, tanpa peduli kepada siapa Ia mengatakannya.

Sebagai seorang hamba Tuhan, terkadang kita menemukan sebuah dilema dalam menyampaikan pesan-pesan profetik yang harus senantiasa kita usung. Sikap kita terhadap seseorang terkadang sangat ditentukan pada pengaruh yang dimiliki oleh orang tersebut, ras, agama dan status sosial yang lainnya. Oleh karena itu etika yang memandang manusia sebagai manusia adalah etika yang semestinya diberlakukan dalam proses dialog dan interaksi antar pemeluk agama.

Kasus-kasus kerusuhan yang terjadi di Indonesia adalah sebuah bukti akan rapuhnya nilai-nilai toleransi yang sangat diagung-agungkan sebagai sebuah pengikat kesatuan bangsa. Ternyata nilai-nilai toleransi tersbut dalam batas-batas tertentu tidak dapat membendung fanatisme agama yang berlebihan, dengan kata lain ikatan nilai agama lebih kuat mengakar ketimbang ikatan nasionalisme.

Setelah banyaknya korban nyawa dan harta benda yang jatuh, kita kemudian baru terhenyak dari tidur panjang kita selama ini. Ternyata kita belum cukup saling mengenal satu dengan yang lain, sehingga menjadi sangat mudah dibakar oleh para provokator. Penyitiran ayat-ayat suci dalam mendukung sebuah tindakan anarkis bukanlah hal yang baru. Sejarah umat beragama mencatat hal tersebut. Kekristenan sendiri pernah berada pasa masa itu, dimana setiap orang yang memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat Gereja, hukuman matilah upahnya. Galileo misalnya harus mati karena statementnya yang mengatakan bahwa bumi itu bulat.

Banyaknya ayat-ayat dalam al-Quran yang bernada kurang simpatik terhadap Yahudi dan Nasrani, diakibatkan karena situasi politik yang sangat berpengaruh dalam kondisi turunnya wahyu. Sedangkan banyaknya ayat yang dapat digunakan untuk mendukung statement peperangan, bukan berarti Islam adalah agama yang tidak cintai damai. Hal ini disebabkan kerasnya situasi dan hukum padang pasir yang beralaku pada saat itu, jangan lupa bahwa Muhammad menaklukkan Mekkah tanpa menumpahkan setetes darahpun – tentunya dengan tidak memasukkan ketegori perang-perang yang lebih awal.

Jelas bahwa pemahaman yang benar akan membawa kita pada proses interaksi yang jauh dari prasangka dan kesalahpahaman.

DAFTAR PUSTAKA
Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1974.
al-Qur’an, Jakarta: Departemen Agama RI
Annemarie Schimmel, “Islam Interpretatif : Upaya Menyelami Islam dari Inti Ajaran, aliran-aliran sampai realitas modernnya”, Depok: Inisiasi Pres, 2003.
Karen Armstrong, “Islam a Short History, Sepintas Sejarah Islam”, Yoyakarta: Ikon, 2003.
Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, “Passing Over, Melintas Batas Agama”, Jakarta: PT. Gramedia, 1998.

[1] Jahiliyyah adalah istilah yang diberikan oleh umat Muslim untuk menunjuk kepada zaman sebelum kemunculan Islam di Jasirah Arab.
[2] Annemarie Schimmel, “Islam Interpretatif : Upaya Menyelami Islam dari Inti Ajaran, aliran-aliran sampai realitas modernnya”, Depok: Inisiasi Pres, 2003, hlm. 9-11
[3] Ibid, hlm. 10
[4] Karen Armstrong, “Islam a Short History, Sepintas Sejarah Islam”, Yoyakarta: Ikon, 2003, hlm. 3-5
[5] Surat Al 'Alaq terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surat ini adalah ayat-ayat Al Quran yang pertama sekali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berkhalwat di gua Hira'. Surat ini dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam
[6] Karen Armstrong, op. cit., hlm. 5-6
[7] Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, “Passing Over, Melintas Batas Agama”, Jakarta: PT. Gramedia, 1998, hlm. 93